Samin Surosentiko, yang lahir pada tahun 1859 di Desa Plosogede, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, adalah seorang tokoh petani yang dikenal karena perjuangannya melawan sistem perpajakan yang dianggapnya tidak adil pada masa penjajahan Belanda. Sejak kecil, Samin sudah menunjukkan kecerdasan dan jiwa pemberontak. Ia berasal dari keluarga petani miskin, dan ayahnya bernama Raden Surowijaya atau Samin Sepuh, yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Samin Surosentiko menolak membayar pajak sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem perpajakan yang dianggapnya tidak adil. Pada masa penjajahan Belanda, pajak yang dikenakan sangat memberatkan rakyat petani, dan sebagian besar dana pajak digunakan untuk membiayai kepentingan kolonial Belanda di Indonesia. Beban pajak yang tinggi menyebabkan penderitaan rakyat petani.
Ideologi yang mendasari perjuangan Samin Surosentiko dikenal dengan nama "Saminisme." Ideologi ini muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan Samin terhadap sistem perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Beberapa landasan ideologi Saminisme antara lain:
Keadilan Sosial
Samin percaya bahwa sistem perpajakan yang diterapkan oleh Belanda tidak adil dan memberatkan rakyat kecil, sementara orang-orang kaya mendapat perlakuan khusus. Ideologi Saminisme menekankan pentingnya keadilan sosial dalam pembagian beban pajak. Samin menolak berkontribusi pada sistem yang dianggapnya tidak memberikan keadilan sosial. Saminisme menolak hierarki sosial yang menindas. Semua orang, kaya atau miskin, petani atau pejabat, dianggap setara dan memiliki hak yang sama. Saminisme menolak struktur kekuasaan yang diuntungkan pajak hanya dibebankan kepada rakyat kecil. Ajaran ini didasarkan pada kepercayaan bahwa semua manusia terlahir sama dan diciptakan oleh Tuhan. Tidak ada alasan untuk membedakan berdasarkan status sosial atau kekayaan.
Kearifan Lokal
Saminisme juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional. Samin menentang eksploitasi terhadap tanah dan sumber daya alam yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Ia memperjuangkan keberlanjutan dan keharmonisan antara manusia dan alam. Dalam ideologi Saminisme, kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting. Samin percaya bahwa kearifan lokal adalah sumber pengetahuan dan nilai-nilai yang penting untuk kehidupan manusia. Ia berpendapat bahwa kearifan lokal dapat menjadi panduan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Samin mengajarkan paham bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam dan memanfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Ia percaya bahwa alam adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Saminisme juga menganjurkan hidup sederhana dan tidak konsumtif. Samin percaya bahwa hidup sederhana dapat mengurangi ketergantungan manusia pada materi dan mendekatkan manusia pada alam. Samin juga percaya bahwa kerja keras dan gotong royong adalah kunci untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Saminisme percaya bahwa dengan kerja keras dan gotong royong, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kemandiran
Ideologi Saminisme menyoroti pentingnya kemandiran ekonomi dan sosial. Samin menolak ketergantungan pada pemerintah dan sistem yang dianggapnya merugikan rakyat. Samin percaya bahwa kemandirian adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang baik. Ia berpendapat bahwa manusia harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Samin mengajarkan bahwa kemandirian dapat dicapai dengan hidup dengan cara yang sederhana dan tidak konsumtif. Ia berpendapat bahwa hidup dengan cara yang sederhana dapat mengurangi ketergantungan manusia pada orang lain.
Samin Surosentiko dan pengikut-pengikutnya memang berhasil membuat pemerintah kolonial Belanda kewalahan, dan gerakan Saminisme mencapai dukungan luas di kalangan rakyat petani di Jawa Tengah. Meskipun Samin akhirnya ditangkap pada tahun 1907 dan dijatuhi hukuman penjara, warisan perjuangannya terus memberi inspirasi bagi perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Meskipun Indonesia sudah merdeka, dan kondisi sosial-politik berubah secara signifikan sejak masa penjajahan Belanda, beberapa nilai dan prinsip yang mendasari ideologi Saminisme masih bisa dianggap relevan dalam konteks masa kini. Berikut adalah beberapa aspek dari Saminisme yang masih bisa memiliki relevansi: