Lihat ke Halaman Asli

Asrama dan Tanah Gersang

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dalam hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan, setiap orang adalah guru bagi kita.

ya, setiap orang. siapapun mereka. yang baik, juga yang jahat.

betapapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita.

bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.

mereka mungkin tanah gersang. dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana. kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghiasi malamnya.

tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. lebih gersang dari lahan kering di kemarau panjang. lebih tandus daripada padang rumput yang terbakar dan hangus.

maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.

seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat dengan bumi karena khawatir nyalanya bisa memusnahkan kehidupan.

seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk meghijau berwujud hutan.

dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya. Dia izinkan sang lumut untuk menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya.

demi terciptanya butir-butir tanah. demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline