Lihat ke Halaman Asli

ARTI MIMPI

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah kau merasakan seperti asing berada di suatu tempat, padahal tak pernah mampir? Pernahkah kau mengalami kejadian yang sama persis, padahal belum pernah ngalamin?

Seperti mimpi, yang awalnya sebagai bunga tidur, kini semakin nyata di depan. Inilah yang tak semua orang mampu mengalaminya, adalah Dejavu.

Semakin sering aku bermimpi, entah ingat maupun tidak. Konon katanya, orang yang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual tinggi. Benarkah? Menurut para skeptis, itu hanyalah sensasi.

Ya, dulu pertama kali merasakan sensasi yang aneh dan berusaha keras untuk mengingatnya setelah apa yang kualami, lama-kelamaan dan berulang kali, mulai takut. Tak mampu berkata apa-apa, yang bisa hanyalah menjadi penonton dan ─diam─ seperti sebuah misteri yang sulit dipecahkan. Setiap mimpi selalu dikaitkan dengan firasat dan melihat apa yang ada di pikiran jadi kenyataan.

“Tak semua penglihatan masa depan bisa dibicarakan, apa yang akan terjadi juga kadang nggak bisa kita ubah. Itu hanya antisipasi bagi kamu. Yang bisa kamu petik hanya pelajaran dari penglihatan yang jadi kenyataan. Kalau hal buruk, ya itu cermin agar kamu nggak kayak gitu …,” Ujar seseorang yang memahami seperti ─apa kami ini─ dengan bijak, “Tapi penglihatan itu kadang sebagai media, bahwa kamu bisa melakukan sesuatu. Itu semacam permintaan tolong, ujian mengamalkan ‘ilmu’ kamu ….” Tambahnya.

Aku tertegun mendengarnya, karena sempat berfikir ada yang salah pada diri ini atau isi kepala. Ternyata, hadiah istimewa dari Allah, hanya bisa menerima-Nya dan bersyukur. Kadang Dia memberi bocoran masa depan pada manusia biasa ─seperti kami ini─ dan memang masa depan sudah ada di saat ini, mungkin hanya sedikit saja orang yang bisa melihatnya.

“Jadi, semua tergantung kepekaan batin kamu, jangan jadikan penglihatan itu sebagai beban atau jadi punya perasaan bersalah karena kamu diam saja. Penglihatan itu datangnya tiba-tiba, itu tak bisa dikendalikan. Yang bisa adalah, menyiapkan mental, apakah kamu mau berbuat sesuatu atau tidak. Itu satu-satunya jalan agar kamu lebih ringan menjalani banyak hari-hari kamu yang luar biasa itu,” Aku tersenyum mendengar masukan yang memotivasi darinya dan lagi-lagi mengucapkan syukur, “Kehidupan itu misteri, teka-teki. Nggak sesimpel lahir, hidup lalu mati. Hal-hal indah dan buruk pun datang dengan beragam cara, bahkan nggak disangka.” Ucapnya lagi.

“Dulu saya juga pikir bunga tidur, ternyata firasat dan sering banget mimpi yang jadi nyata. Speechless jadinya ….” Aku sengaja ikut mengomentar, di sebuah forum komunitas indigo. Meski bukan sebagian dari mereka, tapi ikut merasakannya. Hei, bukan berarti bisa melihat mahkluk tak kasat mata, karena aku juga bukan seperti mereka.

“Mimpi yang jadi nyata adalah proses penyampaian rahasia alam semesta pada yang punya kelebihan. Di dunia ini, banyak yang seperti kalian.” Aku menghela nafas, ternyata tak sendiri. Batin ini bersyukur lagi.

“Terus, kalau misalnya, bulan lalu saya mimpi sahabat meninggal, sampai keluarga juga. Biasanya, firasatnya jadi kebenaran.” Aku akui, setiap bermimpi pasti selalu mencatatnya di note handphone. Hanya jaga-jaga saja kapan kejadian itu akan atau mau berlangsung, dan kebanyakan tak dicatat.

“Kamu bisa lebih dekat dengan mereka, bukan karena mimpi kamu. Tapi karena mungkin ada hal-hal yang ingin mereka titipkan sama kamu ….” Aku kaget mendengarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline