Lihat ke Halaman Asli

Pahlawan Masa Kini, Berjuang Tanpa Berdarah-darah

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengusir londo (Belanda) pada masa perjuangan sebelum kemerdekaan adalah sudah menjadi keharusan bagi para pejuang2 pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Tak peduli kehilangan nyawa, mereka arek-arek Suroboyo tak gentar menghadapi moncong bayonet yg hanya dilawan dengan bambu yg diruncingkan saja dan telah di beri doa oleh kyai sepuh.

Tak sedikit yg menjadi korban. Ratusan, bahkan ribuan arek-arek suroboyo gugur dalam pertempuran melawan londo. Darah pahlawan mereka tumpah tertembus peluru senapan mesin bule2 Londo. Bahkan konon katanya, kalimas airnya berubah menjadi merah karena bercampur dengan darahnya arek-arek suroboyo dan para pejuang yg nekat mengusir Londo dari suroboyo.

Kini, berkat para pahlawan dan kenekatan arek-arek suroboyo melawan londo-londo, kita bisa bernafas lega. Menikmati hasil perjuangan arek2 Suroboyo puluhan tahun silam. Tak perlu lagi ada tembak-menembak, tak perlu ada pertumpahan darah dalam mengisi kemerdekaan. Kalau pun ada darah yg tumpah, itu mungkin hanya kecelakaan kerja, dan korbannya pun dapat santunan.

Lebay kedengarannya kalau ada yg mengatakan '' ojok ngaku arek suroboyo lek wedi mati gae mbelo negoro'', walaaahh itu dulu, jamannya perang melawan londo-londo dulu.

Menurut seniman ludruk yg asli arek Suroboyo, Cak Kartolo, pahlawan itu tidak sebatas orang-orang yg membawa bedil dan bambu runcing saja, berperang melawan musuh dan gugur di medan perang. Cak Durasim, seniman yg pernah dipenjara tentara jepang gara2 pari'annya ''Bekupon omahe doro. Melok nippon, tambah soroh''. Juga Gombloh dengan lagu2 karyanya, salah satunya ''gebyar-gebyar'' yg mampu memberi semangat dan mengharumkan nama Surabaya. Mereka menurut cak Kartolo, bisa dikatakan sebagai pahlawan.

" Tapi arek saiki senengane nyanyi karo njoget, kesenian daerah dilalekno'' kata cak Kartolo. Wahhh berrraaattt cakk....!!! Hehe....

Hingga kini, meski sepi job ngludruk, cak Kartolo cs tetap konsisten mempertahankan dan memperjuangkan kesenian daerah Ludruk Suroboyan hingga nafas terakhir. Yo wis, selamat ngludruk cak...

Salam Ludrukan,
dian halle wallahe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline