Dari atas ojek yang tak henti-hentinya mengeluh.
Ku tengadahkan kepalaku demi
semilir rindu yang menyelusup ulir-ulir telinga.
Langit malam ini sedikit kelabu
dengan semburat coklat seperti matamu.
Nampaknya dia sedang bercermin kepada bumi.
Kepada sumber kemalangan semesta yang penuh pesta pora.
Aku yakin melihat bayangan diriku di atas sana menengadah
ke bawah di atas ojek yang lebih bahagia.
Menyusuri awan yang menggumpal dari uap amarah
untuk kemudian luruh dalam rintik kesedihan yang menghidupi.
Kacamataku basah, hujan datang lebih dulu
sebelum abang ojekku sadar kalau dia membawaku ke kuburan.
Rusakata
3 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H