Lihat ke Halaman Asli

Dian Falasifah

Walisongo State Islamic University | Math Education XXI

"Namanya Juga Anak Kecil", Stop Memaklumi Kenakalan Anak!

Diperbarui: 1 Juli 2023   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.hitekno.com

Pem-bully-an, masalah yang tak pernah ada habisnya. Seolah-olah tidak ada yang bisa mencegah dan mengatasinya. Meskipun sudah berkali-kali terjadi, tapi masih saja selalu ada berita lagi terkait masalah ini. Parahnya lagi, kasus bully ini sudah marak di kalangan anak-anak di bawah umur. Mereka yang dianggap masih kecil, membuat banyak orang tua menganggap ini suatu hal yang wajar. Sehingga para orang tua tidak begitu mempermasalahkan kenakalan dari mereka. Padahal dari kenakalan mereka, secara langsung maupun tidak langsung bisa menyebabkan rusaknya mental bahkan hingga berujung kematian.

Seperti kasus yang terjadi di Medan, ada seorang anak SD yang menjadi korban bully dari kakak kelasnya. Sebelum meninggal dunia, anak ini sempat menceritakan apa yang terjadi kepada ibunya sepulang sekolah. Dia mengaku mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari 5 kakak kelasnya. 

Hingga menyebabkan anak ini merasa kesakitan karena badannya yang biru lebam sebab pukulan-pukulan yang didapatnya. Tak sampai di situ saja, anak ini mengalami trauma yang berat. Dia selalu merasa ketakutan, tidak mau makan, dan sempat demam tinggi. Karena dirasa kondisinya semakin memburuk dan sempat mengeluh sesak napas, ibu korban lekas membawanya ke rumah sakit. Tapi setelah beberapa jam dirawat, anak ini dinyatakan meninggal dunia.

Ibu dari korban sudah melaporkan kejadian ini pada orang tua dari kakak kelasnya itu, tapi pelaku tidak mengakui apa yang sudah dilakukannya pada si korban. Karena tidak ingin memperumit masalah ini, ibu korban tidak mengkoarkan dan sudah memaafkan siapa saja pelaku yang mem-bully anaknya.

Tak hanya itu, kasus bully ini juga memunculkan masalah lain. Seperti yang terjadi di Temanggung, seorang anak SMP yang membakar sekolahnya. Tidak lain tidak bukan penyebab awalnya adalah bully. Di kesehariannya, dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari temannya. 

Dia mengaku selalu diejek bahkan dikeroyok tanpa sebab selama kurang lebih 6 bulan. Sebenarnya dia juga sudah melaporkan apa yang terjadi kepada gurunya. Tapi, tidak ada tanggapan dari gurunya, malah gurunya ini mempermalukannya. Si anak ini merasa sakit hati dan kurang diperhatikan hingga muncul aksi nekat yang dilakukannya. Anak ini membakar sekolahnya sendiri dengan menggunakan racikan bahan yang dibuatnya.

Sebenarnya masih banyak sekali kasus yang terjadi akibat bully ini. Tidak hanya terjadi pada kalangan remaja dan dewasa saja, kasus ini sudah mulai merambah di kalangan anak yang terhitung masih di bawah umur. Kalau sudah terjadi kasus-kasus yang fatal akibat dari bully ini, masihkah kalian menganggap remeh dari kenakalan yang dilakukan anak-anak yang kalian anggap masih kecil ini?

Memang kenakalan dari setiap kalangan itu berbeda-beda. Sebenarnya mewajarkan kenakalan dari anak-anak di bawah umur itu benar, kalau nakal yang dimaksud ini nakal sesuai dengan umurnya dan tidak membahayakan serta merugikan. Tapi kalau sudah begini, kenakalan tetaplah kenakalan yang tidak bisa dianggap remeh dan wajar begitu saja. Alangkah baiknya segera diberikan pengertian dan konsekuensi bagi mereka yang telah melakukan kenakalannya itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline