Indonesia pada saat ini mengalami yang namanya krisis kebudayaan disebabkan dengan adanya pengaruh kemajuan zaman yang bisa dibilang cukup pesat, kemajuan dibidang informasi dan teknologi yang memudahkan setiap orang untuk mengakses informasi dengan cepat dan mudah, namun disisi lain mereka akan disibukkan dengan semua informasi yang didapat dengan mudah, sehingga mereka lupa akan segalanya dan mereka cenderung menyendiri.
Dari sini sikap individual mulai tumbuh. Bercengrama dengan teman, keluarga ataupun masyarakat mulai berkurang. Dari sinilah bibit budaya barat ditanamkan. Sikap mereka mulai berubah, informasi yang mereka dapat mulai diterapkan didalam kehidupannya entah dengan cara berpakaiannya ataupun tingkahlakunya. Jika seperti ini, rasa kebersamaan antar individu mulai luntur.
Budaya Indonesia yang awalnya sangat menjunjung tinggi rasa kebersamaan, solidaritas, rasa peduli antar sesama sekarang sudah terlindas oleh kemajuan zaman diera globalisasi ini. Indentidas asli Indonesia adalah gotong royong yakni sikap satu kesatuan antar individu dengan rasa saling memiliki, menghormati dan menghargai, kini semua itu sudah mulai pudar.
Pada masa lalu nilai gotong royong yang diterapkan Indonesia sangatlah bagus, misalnya saja ada seorang yang akan membangun sebuah rumah dengan otomatis tampa adanya undangan para tetangga hadir membatu tampa mengharap imbalan, rasa memiliki satu sama lain sangatlah erat. Apalagi ketika berurusan dengan keamanan desa ataupun kebersihan desa, meraka dengan siap siaga tampa ada himbawan dari kepala desa dengan sendirinya mereka meronda untuk menjaga keamanan desa dan bersama-sma membersihkan desa satu bulan sekali.
Namun nyatanya saat ini nilai-nilai gotong royong sudah mulai luntur apalagi di kota hampir tidak ada, misalnya saja diperkotann bila ada kegiatan kerja bakti membersihkan kompleknya meraka lebih memilih membayar orang dan ada juga yang cuman membersihkan halamannya sendiri, bukan membaur dengan yang lain untuk membersihkan kompleknya. Tapi saya yakin masih ada nilai gotong royo di desa-desa pelosok negeri
Saya sendiri adalah pemuda desa yang masih merasakan nilai-nilai gotong royong yang masih ada di desaku, desa tercinta Wringin namanya yang terdapat di kabupaten Bondowoso provensi JawaTimur. Nilai-nilai gotong royong yang masih diterapkan seperti membangun rumah bersama-sama, menggarap sawah itu jugak dilakukan bersma-sama dan ketika ada acara seperti hajatan, pernikahan dan tahlilan orang meninggal, itu semua masih kita lakukan bersama-sama dengan para tetangga tampa mengharap imbalan apapun. Rasa saling memiliki, menghormati dan menghargai satu sama lain masih sangat kental.
Tugas saya sebagai pemuda desa dan khususnya bagi para pemuda lainnya adalah yang paling utama melestarikan budaya gotong royong yang menjadi identitas bagi bangsa Indonesia, yang kedua menyaring budaya barat yang masuk ke Indonesia, yang ketiga lebih memilih dan mengembangkan pasar tradisional dibandingkan dengan pasar moden, namun untuk mengembangkan pasar tradisional juga harus ada campurtangan pemerintah, yang keempat memperi pengetahuan pada setiap orang bahwa jangan hanya jadi masyarakat yang bisanya cuman mengkonsumsi tapi juga harus bias memproduksi barang, yang kelima untuk mewujutkan masyarakat produktif maka juga harus ada campur tangan pemerintah, salah satunya pemberian modal kerja pada masyarakat menengah ke bawah, kemudian yang terahir dan yang paling penting menghilangkan sikap individual, dan semuanya itu dimulai dari diri kita sendiri, kemudian mulai diterapkan kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H