Sewaktu saya masih kuliah di Kota Yogya, orang-orang sekitar yang mengetahui asal saya dari Pontianak seringkali bertanya seperti apa kiranya bahasa sehari-hari yang kami gunakan kampung halaman. Secara singkat saya sering menjawab, mirip orang Malaysia. Hingga pertengahan tahun 2000-an itu tayangan televisi made in Negeri Jiran belum sebanyak sekarang. Untuk mengira-ira logat bahasa Melayu Malaysia, tayangan hiburan menyuguhkan sejumlah artis yang dikenal khas dengan logat mirip Malaysia, seperti Cut Mini dan Rina Nose. Kini, lewat serial Upin Ipin, masyarakat Indonesia secara luas memperoleh gambaran bagaimana Bahasa Malaysia digunakan oleh penutur aslinya.
Bahasa Melayu konon adalah asal bahasa nusantara. Bahasa yang dipakai mulai dari Kepulauan Riau sebagian besar wilayah Semenanjung Malaka, hingga kepulauan-kepulauan Indonesia. Luasnya penggunaan Bahasa Melayu menjadikannya lingua franca dari bahasa persatuan (bahasa yang menyatukan) kita yaitu Bahasa Indonesia. Setidaknya beberapa alasan adopsi Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia adalah penggunaannya yang mudah, tidak mengenal tingkatan bahasa sehingga lebih egaliter sebagai bahasa pergaulan, serta keluwesannya untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.
Persinggungan dengan budaya-budaya yang masuk ke Indonesia, turut memberi warna pada kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Akulturasi itu menghasilkan kata-kata serapan yang melimpah dalam khasanah bahasa nasional.
Sebagai daerah dengan bahasa melayu
Tayangan yang rutin, bahkan dengan frekuensi 2 kali sehari, pagi dan malam hari
Kini, serial Upin Ipin metayangan rutin setiap hari. Mengisi kekosongan tayangan anak-anak, Upin Ipin adalah hadir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H