Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Takdir

Diperbarui: 30 November 2020   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Aku keluar dari kelas paling akhir dengan temanku lainnya. Mereka mengajukan pertanyaan kepadaku saat itu dan itu membuatku sangat kesal. Tetapi aku tahu itu bukan kesalahan mereka sedikit pun, karena aku sendiri tidak bisa memberi mereka sedikit waktu atau perhatian terhadapku. Aku telah menyembunyikan suatu hal untuk diriku sendiri yang aku lakukan secara tidak sengaja. 

Cuacanya cukup dingin hari ini, tetapi karena atasan bajuku basah hanya karena kelakuan kekanak-kanakan Mark yang menyebalkan, hawa dingin semakin menyelimutiku.

"Clarie, apa kamu mendengarkanku!?" Amelia menggoyangkan bahuku. 

"Uh, apa? Umm maaf! Aku sebenarnya... sedang... memikirkan sesuatu?... " aku sendiri terdengar tidak yakin. 

"Menurutku kamu tidak baik-baik saja, Clarie. Apa yang kamu pikirkan? " Teman-teman sangat mengenalku dengan baik, mereka sebenarnya sangat prihatin terhadapku. 

"Aku tidak tahu, aku tidak baik-baik saja, aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasi ini? aku hanya tidak mengerti... " Aku tidak bisa bersembunyi lagi, aku tidak bisa mengendalikan diri lagi. Air mataku pecah di depan teman-temanku. Menyadari orang lain mengamatiku dengan tatapan aneh, aku membenamkan wajahku di bahu Amelia. 

Lea menepuk punggungku, sedangkan Amelia memelukku dengan erat, aku merasa sangat nyaman dengan keberadaan mereka. Ketika sampai rumah aku mendengar suara Mark. 

"Ada apa? Apa yang terjadi, Clarie? Isabella, apa yang terjadi? Amel? tolong siapa pun jawab!!" Dia panik, aku merasakan ada seseorang yang mengelus rambutku.

"Mark, tolong! Semua orang melihat kita!" Lea menepiskan tangannya. 

"Aku tidak peduli. Tolong beritahu aku, apa yang terjadi!? " Dia memohon dan sangat memohon untuk diberi tahu. 

"Apakah ini karena aku? Apakah aku adalah alasan dibalik air matamu? Katakan padaku, Clarie!" Dia sedikit meninggikan suaranya tanpa menunjukkan rasa frustrasi atau paniknya dia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline