Lihat ke Halaman Asli

Perempuan dan Standar Kecantikan

Diperbarui: 11 Agustus 2022   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia pasti memiliki tubuh yang berbeda. Entah itu perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dan masih banyak lagi. Perbedaan inilah yang kerap menjadi bahan body shaming jika seseorang tidak dapat memenuhi standar kecantikan yang ada di masyarakat.

Apa itu body shaming? Mengutip dari kamus Oxford, body shaming adalah perilaku mempermalukan seseorang dengan menghina atau membuat komentar negatif mengenai bentuk atau ukuran tubuh seseorang. 

Hal ini menunjukkan bahwa body shaming termasuk salah satu bentuk kekerasan verbal atau yang sering kita sebut sebagai bullying. Namun bedanya, body shaming adalah penghinaan yang lebih spesifik terhadap bentuk dan ukuran tubuh seseorang. 

Sedangkan bullying mencakup aspek yang lebih luas dan dapat didefinisikansebagai perilaku yang dilakukan untuk menyakiti baik dalam bentuk verbal maupun fisik. 

Definisi kecantikan di Indonesia identik dengan kulit putih, hidung , tubuh langsing, dan sebagainya. Ciri-ciri inilah yang membentuk sebuah standar sehingga mendorong masyarakat untuk mulai membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Apalagi produk kecantikan lokal sedang marak menggunakan artis Korea sebagai brand ambassador mereka. Standar kecantikan yang tadinya banyak dipengaruhi oleh Negara Barat sekarang mulai berubah mengikuti standar kecantikan Korea. 

Artis Korea yang mayoritas berkulit putih dan glowing, bertubuh langsing dan kurus memunculkan rasa minder bagi orang yang merasa tidak memenuhi standar tersebut.

Rasa minder adalah salah satu penyebab mengapa seseorang melakukan body shaming ke orang lain. Padahal body shaming dapat memicu seseorang untuk mengalami masalah psikologis seperti depresi, anxiety disorder, dan gangguan makan seperti bulimia nervosa, anorexia nervosa, binge eating, dan lain-lain.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengakhiri kebiasaan menilai, membandingkan, bahkan menghina seseorang berdasarkan tubuhnya. Apalagi jika melihat dampak body shaming terhadap kesehatan mental seseorang sangatlah besar. 

Kita dapat memulainya dari mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Dengan itu, kita akan lebih mudah untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri maupun orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline