Lihat ke Halaman Asli

Letter for My Daughter

Diperbarui: 16 Desember 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya tujukan kepada kedua putri terkasih saya yaitu Ayesha Ramadhany Pramesti dan Alysa Dwi Marizka yang berada disuatu tempat. Apa yang saya tulis merupakan curahan hati saya sebagai seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya oleh sang mantan suami, dikarenakan perpisahan yang sang mantan suami inginkan. Saya tidak mau menyalahkan siapa pun atas apa sudah terjadi, yang saya inginkan dari kedua putri saya adalah bahwa jika mereka mendengar sesuatu baik itu buruk ataupun tidak mengenai saya, saya ingin agar mereka mendengar dari 2 sisi jangan hanya dari 1 sisi saja. Dan memang yang terjadi bukan kuasa saya untuk menyalahkan, saya hanya berharap mereka mengerti bahwa dalam hubungan rumah tangga tidak bisa hanya menyalahkan salah satu pihak saja, karena rumah tangga itu terdiri dari suami dan istri, yang merupakan suatu bentuk kerjasama, rumah tangga tidak bisa dibangun tanpa adanya kerjasama dari kedua belahpihak, dan jikalau terjadi perceraian maka tidak bisa saling menyalahkan, karena pada dasarnya perceraian itu timbul sebagai suatu akibat dari sebab. Dan sebab akibat itu tentunya suami istri lah yang tahu.

Kerjasama dalam rumahtangga itu seperti saling menghargai dan saling mengasihi, sekiranya terjadi perceraian maka itu dikarenakan keduanya belum mempunyai kemampuan untuk berpikir matang dan mandiri, artinya belum punya tekad kuat untuk berkomitmen rumah tangga. Memang yang menjadi korban dalam perceraian adalah anak, seandainya mereka mampu berbicara pasti mereka akan protes, protes itu tidak salah kok, karena mereka memang berhak mendapat kasih sayang penuh dari ayah maupun ibunya.

Maka dari itu bagi yang mengalami perceraian, coba lihatlah anak anak anda, pernahkan anda berpikir bagaimana mereka tidur? Mampukah mereka tidur nyenyak ditengah rumitnya kehidupan ini? Jadi cobalah sedikit bermurah hati dan berhati seluas samudra, untuk berbaik sangka dengan sang mantan untuk bisa membina hubungan baik demi sang anak, dan biarkan lah ia menemui dan mendapatkan kasih sayang baik dari ayah maupun ibunya karena darah itu lebih kental daripada air, Allah sang pencipta saja tidak mampu mengingkarinya. Seandainya kita mau memaafkan dan ikhlas menerima apapun yang terjadi, mari kita coba berbaik sangka dengan sang mantan dan membiarkannya memberikan kasih sayang dan perhatian untuk buah hatinya walaupun hidup telah berpisah bukan dalam suatu pernikahan akan menjadi kado termanis buat sang buah hati. Dan jika anda sudah tidak sejalan dengan sang mantan, sudahlah cukup dengan perpisahan ini, karena dengan menyimpan dendam ataupun menyebarkan keburukannya itu sama saja anda menghina diri anda sendiri, dan orang lain pun bisa menilai siapa anda sesungguhnya.

Sedikit curhatan dari saya, bahwa terkadang saya tidak habis pikir dengan sikap mantan suami saya, karena perceraian ini terjadi atas gugatan beliau, harta gono gini diambil beliau 70%, dan anak2 dibawa semua, belum lagi beliau juga sudah menikah, namun hingga kini masih menyimpan kebencian dan keburukan saya yang setiap saat akan diumbarnya jika ada orang mau membantu saya, yah saya hanya bisa pasrah dan ikhlas. Saya pribadi tidak pernah berniat untuk mengambil ataupun merebut anak-anak dari dia, saya hanya ingin bisa bertemu dengan anak-anak tanpa ada dia, karena saya lihat anak2 tidak leluasa bercanda dengan saya jika ada dia, tapi usaha pendekatan kepada mereka yang saya lakukan sampai tahun 2015 ini membuat saya sadar bahwa hal ini masih belum bisa terjadi dan sepertinya saya belum ikhlas merelakan mereka jadi buat saya pelajaran hidup yang berharga ini menjadikan saya harus bisa belajar lebih ikhlas dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan.

Bukan tidak mungkin jika pernikahan dilanjutkan akan terjadi sesuatu buruk menimpa saya, dan pertemuan yang belum boleh terjadi juga kemungkinan memberikan dampak buruk bagi saya, maka yang bisa saya lakukan sekarang adalah berdoa dan berdoa, semoga kebenaran datang kepada anak-anak saya dan menyatukan anak-anak dengan saya kembali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline