Lihat ke Halaman Asli

Diana S

Mahasiswa

Media Sosial Mengancam Kesehatan Mental

Diperbarui: 14 Juni 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kesehatan mental adalah isu yang sering dibicarakan di era digital sekarang ini. Bukan lagi seperti di zaman orang tua kita dulu, sekarang kesehatan mental sudah menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Mental yang sehat membantu kita dalam menjalani kehidupan, baik dalam dunia kerja, sekolah, pergaulan, keluarga, dan lain sebagainya. Disadari atau tidak, kesehatan mental mulai terangkat ke permukaan setelah perkembangan media sosial semakin pesat sejak pandemi di tahun 2019 akhir lalu. Itu tandanya media sosial memiliki dampak pada kesehatan mental

Media sosial menjadi jembatan bagi kita dalam mencapai informasi-informasi terbaru dari segala penjuru dunia. Hal itu juga memudahkan kita dalam mencari informasi seputar kesehatan mental, seperti ciri-ciri, penyebab, dampak, solusi, dan lain-lain. Selain itu, media sosial juga membantu kita untuk tetap saling terhubung jika sedang di tempat yang jauh dengan orang yang kita sayangi. Media sosial membantu kita untuk tetap berkomunikasi dengan mereka sehingga kita masih tetap bisa mendapatkan dukungan mental dari orang-orang tersayang. Kita juga bisa terhubung dengan orang-orang di luar sana dan berbagi pengalaman jika mengalami kesulitan serupa dalam hal kesehatan mental sehingga dapat memperoleh solusi untuk mengatasinya.

Tapi, disadari atau tidak, media sosial juga memberikan dampak besar pada terganggunya kesehatan mental kita. Kalian pasti tidak asing dengan istilah insecure, bukan? Insecure adalah keadaan dimana seseorang merasa dirinya kurang dari orang lain. Banyaknya tren-tren di media sosial yang memberikan standar tidak masuk akal, membuat banyak orang merasa dirinya kurang dan tidak layak. Seperti standar kecantikan, standar kekayaan, standar menjadi pasangan, dan masih banyak lagi. Standar-standar kehidupan seperti itu harusnya bukan dilihat dari media sosial, tapi kita ciptakan sendiri. Media sosial membuat standar-standar baru yang sulit untuk diikuti sehingga membuat orang insecure bahkan hingga menyebabkan depresi.

Kita juga sering menjumpai banyaknya cyberbullying yang terjadi di media sosial. Mungkin dulu kita sering menjumpai hujatan-hujatan di akun media sosial artis atau selebritis. Namun, sekarang ini hujatan yang dilontarkan oleh pengguna media sosial tidak pandang bulu. Artis, bukan artis, anak kecil, remaja, orang tua, laki-laki, perempuan, siapa saja bisa terkena cyberbullying. Kita tidak tahu bagaimana korban menyikapi ketikan-ketikan jahat yang dilontarkan itu. Bisa saja itu berdampak bagi kesehatan mental korban dan akan berdampak pada kehidupan pribadinya di luar media sosial.

Kasus-kasus pelecehan seksual juga kerap terjadi di media sosial. Konten-konten yang sebenarnya tidak mengarah pada unsur seksual sering dijadikan bahan pelecehan oleh orang-orang yang tidak berpikir panjang. Masalahnya, pelecehan yang dilakukan melalui komentar-komentar di media sosial ini berlaku bagi siapa saja. Dari anak-anak, wanita dengan pakaian tertutup, laki-laki, dan orang-orang lain yang tidak sepantasnya mendapat perlakuan tersebut. Pelaku-pelaku itu tidak menyadari bahwa tindakan mereka dapat mengganggu kesehatan mental korban. Korban bisa saja mengalami gangguan kecemasan dan stres karena mendapat komentar-komentar tersebut.

Kita seharusnya bisa bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai media sosial yang seharusnya membantu dan memudahkan kehidupan kita malah jadi penyumbang utama pada rusaknya kesehatan mental kita dan orang lain. Di tahun 2024 ini sudah bukan zamannya media sosial membawa hal negatif. Kita harus bisa menggerakkan media sosial sebagai wadah apresiasi, berbagi, saling menolong, berbagi hiburan dan pengetahuan. Jangan biarkan juga orang-orang di media sosial merusak kepercayaan diri kita hanya karena keadaan mereka berbeda dengan kita karena berbeda bukan berarti buruk. Jadi, tanamkan pemikiran positif saat menggunakan media sosial agar media sosial menjadi tempat yang nyaman untuk digunakan oleh siapa saja




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline