Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama dengan majelis dan lembaga tingkat pusat menginisiasi terbentuknya Muhammadiyah Agency For International Development atau (MuhammadiyahAID) sebagai salah satu wadah bagi Muhammadiyah dalam menjalankan misi-misi bantuan kemanusiaan internasional.
MuhammadiyahAID sendiri merupakan program kemanusiaan Persyarikatan Muhammadiyah untuk lingkup internasional yang berlandaskan kepada sistem gerakan dan jaringan. Sistem gerakan dengan menyusun dan memproduksi konsep/pemikiran strategis dalam menghadapi isu, masalah dan tantangan umat bangsa dan kemanusian global sebagai bingkai dan acuan konseptual bagi seluruh institusi dan anggota Muhammadiyah dalam menghadapi perkembangan zaman.
Pendidikan adalah kunci untuk mengamankan masa depan yang lebih baik untuk siapapun dan dari kalangan manapun terutama untuk etnis Rohingya. Etnis Rohingya sendiri tidak mempunyai akses untuk program pendidikan sama sekali dari negara mereka hal tersebut tentu bisa merugikan perkembangan masyarakat dan masuk kedalam kategori pelanggaran berat hak anak atas pendidikan yang bisa menempatkan mereka pada risiko generasi yang hilang.
Kondisi orang-orang etnis Muslim Rohingya di Myanmar sangat memprihatinkan karena konflik yang belum usai. Upaya penanganan anak-anak yang terkena dampak konflik dan situasi kekerasan lainnya dilakukan oleh seluruh elemen bangsa. Upaya tersebut dapat melibatkan organisasi-organisasi yang memilikipengalaman dalam melakukan aksi kemanusiaan di zona yang terpengaruh konflik dan dalam memfasilitasi akses kemanusiaan kepada para korban.
Organisasi yang memiliki pengalaman dalam melakukan aksi kemanusiaan juga membangun kontak dan reputasi internasional bagi negara. Anak-anak berhak hidup dengan rasa aman, diterima oleh keluarga dan masyarakat, dihargai dan dapat dengan bebas membayangkan masa depan adalah elemen penting dalam keberhasilan dari upaya pencegahan dan penanganan anak-anak yang terkena dampak konflik dan kekerasan lainnya.
Dukungan psikososial, pelatihan kejuruan atau minat anak, kegiatan yang menghasilkan pengalaman yang menyenangkan, dan kegiatan rekreasi dapat disediakan oleh pemerintah, organisasi pelayanan sosial, dan bahkan masyarakat dalam mencegah atau membangun kembali diri anak-anak yang terkena dampak konflik.
Maka dari itu diperlukan penguatan di segala aspek baik itu manusia, sistem, dan sarana-prasarana agar tujuan pemenuhan dan perlindungan hak anak tercapai.
Pada tahun 2017 silam, etnis Muslim Rohingya mengalami upaya genosida yang dilakukan oleh militer Myanmar. Hal tersebut mengakibatkan korban jiwa dan juga pengungsi yang harus menyelamatkan diri ke Bangladesh. Hingga saat ini, masih ada lebih dari 700.000 orang yang mencari perlindungan di Bangladesh. Selain itu, etnis Rohingya juga harus menghadapi krisis kesehatan global.
MuhammadiyahAid tergerak untuk membantu pemulihan situasi di Rakhine State, wilayah asal Rohingya di Myanmar untuk dapat kembali hidup seperti sebelum konflik terjadi. Dari tahun 2017-2020, MuhammadiyahAid mendanai upaya dialog antara etnis Rohingya dan etnis Rakhine dibantu oleh LSM lokal Myanmar (Center for Social Integrity).
Dialog tersebut dilaksanakan di Yangon dengan menghadirkan 20 orang Rohingya dan Rakhine, dan 20 orang dari Yangon. Setelah melakukan kegiatan bersama-sama selama empat hari, hubungan antara peserta dari etnis Rohingya dan Rakhine menunjukkan perbaikan yang signifikan. Banyak dari mereka awalnya tidak pernah memiliki kesempatan untuk dapat duduk bersama ataupun saling berbicara antar etnis satu sama lain, sehingga program dialog ini berhasil menjembatani komunikasi tersebut.
Pada tahun 2020, MuhammadiyahAID memberikan bantuan untuk pembangunan dua buah gedung, gedung pusat pembelajaran komunitas (Community Learning Center) dan gedung pelatihan vokasi (Vocational Training Center) di Sittwe. Dua gedung ini bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan keterampilan baik etnis Rohingya maupun etnis Rakhine untuk sama-sama mendapatkan pelatihan-pelatihan dasar yang bisa dipakai untuk modal membuka usaha ataupun bekerja.