"Tilik" adalah sebuah film yang menjadi trending topic. Karya besutan Wahyu Agung Prasetyo yang disajikan untuk menggambarkan kehidupan nyata di Indonesia. Sekumpulan ibu-ibu yang sangat dekat dengan budaya ngrasani alias menggunjing ini menjadi kian viral setiap harinya. Budaya lain yang Indonesia banget adalah budaya gotong royong untuk bisa memberikan dukungan kepada orang lain yang tertimpa musibah.
Masih ingat gempa di Bantul tahun 2006? Nah, budaya gotong royong inilah yang membuat Jogja, khususnya Bantul bisa segera bangkit dari keterpurukan akibat bumi yang bergoyang kencang saat itu. Budaya asas manfaat dengan angkutan seadanya yang tersedia pun adalah budaya Indonesia dengan slogan "tak ada rotan akar pun jadi" saat menengok Bu Lurah pun menjadikan film pendek ini semakin lekat dengan masyarakat Indonesia.
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari film pendek ini. Salah satunya adalah saat kita menerima informasi. Ada banyak informasi yang kita terima setiap harinya. Sumber informasi yang ada di sekitar kita pun beragam jenis, bentuk, dan medianya.
Ada dua hal yang tak akan pernah diberikan secara cuma-cuma, informasi dan uang. Sebuah kalimat yang rasanya menjadi pengingat bagi kita untuk menerima informasi secara bijak. Lantas seperti apa sikap kita seharusnya saat menerima informasi? Menggunakan logika adalah hal utama yang kita perlukan saat menerima informasi. Kita perlu menjadi orang yang cerdas dan kritis terhadap informasi yang kita terima. Kita perlu memikirkan kebenaran informasi dengan akal kita. Berpikir memang membutuhkan waktu dan proses inilah yang menjadi hal terbaik yang dapat kita lakukan sebagai penerima informasi.
Sikap apa lagi yang kita perlukan saat menerima informasi? Memperhatikan inti pesan dari informasi yang kita terima mutlak dilakukan agar kita tak salah saat menerima informasinya. Inti pesan dapat kita terima secara jelas dan tepat saat kita dapat menghindari asumsi. Terima informasi apa adanya terlebih dahulu tanpa asumsi. Asumsi ini bisa menimbulkan bahaya. Asumsi bisa menggerakkan pikiran kita sampai jauhnya tak terhingga.
Penyampai informasi juga perlu diperhatikan. Karakter Bu Tedjo yang gahar dalam film ini bisa menimbulkan pengaruh besar terhadap pesan yang disampaikan. Sebagai individu yang terampil berbicara untuk mempengaruhi banyak orang hingga mendapat gelar duta ghibah Indonesia maka kita sendiri perlu mempertimbangkan dari siapa informasi ini berasal. Pikirkan lagi manfaat dari informasi yang kita terima. Apakah pesan itu memang akan membawa kebaikan bagi kita atau justru akan membawa suasana jiwa yang semula baik-baik saja menjadi kehilangan logika.
Hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah beri waktu bagi diri sendiri untuk menunda. Menunda apa? Menunda untuk berespon terhadap informasi Proses ini perlu dilakukan sehingga respon kita tak menjadi bagian yang memperburuk situasi. Jika belum dapat menjadi bagian dari solusi dari informasi yang diterima maka setidaknya kita tidak menjadi bagian dari kemunculan masalah bagi diri kita sendiri. Dadi wong ki mbok sing solutip, adalah pesan yang tercetak tebal sebelum kita menunjukkan respon atas informasi di sekitar kita.
Diana Ratri | Pembelajar Psikologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H