Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Belajar Pendidik: Pe-Be (Pembelajaran Berdiferensiasi) Melejitkan Potensi Siswa

Diperbarui: 14 Oktober 2022   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap manusia terlahir unik. Sebagai aktor utama dalam menjalankan roda pendidikan nasional seorang guru hendaknya memahami bahwa setiap anak itu unik, mereka memiliki mimpi, intelegensi, bakat dan kemampuan yang berbeda. Ungkapan tersebut sejalan dengan teori seorang psikolog bernama Urie Bronfenbrenner (2019) yang menuturkan bahwa setiap anak mempunyai minat, bakat, kemampuan kognitif yang berbeda tergantung pada latar belakang budaya dimana mereka dibesarkan. 

Albert Enstein mengungkapkan argumennya terkait dengan bakat dan minat masing-masing manusia dan memberikan ilustrasi sebagai berikut: "Semua orang adalah jenius, namun jika anda memandang seekor ikan berdasarkan kemampuan memanjat pohon, maka selamanya ikan itu akan merasa bodoh karena tidak bisa memanjatnya". 

Hal tersebut menunjukan bahwa manusia memiliki potensi dan bakatnya masing-masing sesuai dengan bagaimana dan dimana manusia tersebut memperoleh pengalaman dan kematangan berfikir. Oleh sebab itu seorang guru harus sadar hal tersebut dan tidak bisa menyamaratakan kemampuan dalam diri siswa. Mantan Mendikbud Muhadjir Effendi pada sebuah pidato pada tahun (2018) juga pernah menyampaikan "anak yang tidak pandai dalam bidang matematika, maka bukan berarti dia tidak memiliki keahlian pada bidang lain, disinilah peran guru agar mampu mengarahkan siswa untuk menggali potensi dan bakatnya, karena mereka memiliki keunikan, maka guru janganlah menjadi hakim atas ketidakmampuannya" (Aisyah, 2019).


Pembelajaran Berdiferensiasi
Berdasarkan  pemikiran tersebut, maka diperlukan solusi dalam menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan potensi bakat siswa. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan pengembangan strategi pembelajaran berdiferensiasi (PeBe). Pembelajaran berdiferensiasi mengedepankan konsep bahwa setiap individu memiliki karakter (bakat, minat  dan potensi) berbeda, oleh karena itu guru harus mampu  mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan perbedaan tersebut dengan strategi yang tepat. Siswa harus tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, sesuai dengan Filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara. Strategi yang dapat diimplementasikan diantaranya adalah pembelajaran berdiferensiasi.  Pembelajaran berdiferensiasi adalah menciptakan kelas yang memiliki keragaman dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk meraih konten, memproses ide dan meningkatkan hasil pembelajaran setiap siswa agar dapat belajar lebih efektif lagi.

Langkah-langkah Penerapan PeBe(Pembelajaran berdiferensiasi)

  • Memetakan kebutuhan belajar siswa, pemetaan kebutuhan yang saya buat berdasarkan pada profil belajar dan minat siswa. Penyusunan dan pembuatan butir angket  berkolaborasi dengan guru BK dalam melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa, menggunakan dua cara yaitu pengisian angket dan wawancara langsung.
  • Mencari referensi sumber belajar berdasarkan hasil pemetaan siswa yang telah dibuat, referensi sumber belajar digunakan pada saat diferensiasi content
  • Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdiferensiasi.
  • Mengevaluasi pelaksanaan RPP pembelajaran berdiferensiasi.

Ilustrasi sederhana penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas

RPP berdiferensiasi ini akan diimplementasikan pada kelas X MIPA dan IPS pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dengan sub materi sistem produksi berdasarkan daya   dukung yang dimiliki oleh daerah setempat untuk kerajinan dengan inspirasi artefak/objek budaya lokal dan material dari daerah setempat. RPP digunakan untuk 4 kali pertemuan, pelaksanaan mulai 28 Maret s.d 14 April 2022 di SMA Dharma Wanita 1 Gedangan.

Pada tahap awal dilakukan assesemen diagnostik untuk mengetahui gaya belajar siswa. Dengan hasil asseseman diagnostik diketahui siswa kelas X MIPA maupun IPS secara umum memiliki gaya belajar visual dan auditori. Pertemuan pertama dilakukan pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang diajarkan, setelah mengetahui gaya belajar dan kemampuan siswa, media pembelajaran disiapkan dalam dua bentuk media pembelajaran yaitu video dan gambar. Guru mempersiapkan beberapa laman sumber belajar, guru memandu siswa dalam pembelajaran. Selain video guru menyediakan gambar-gambar inspirasi artefak/objek budaya lokal dan material dari daerah setempat. Dengan penerapan diferensiasi konten diharapkan siswa dapat memahami  dan menggali informasi yang lebih dalam tentang materi tersebut.

Pada pertemuan kedua, siswa diajak untuk melakukan identifikasi alat, bahan dan teknik yang digunakan untuk membuat kerajinan dengan inspirasi artefak/objek budaya lokal dan material dari daerah setempat. guru mereview pelajaran minggu lalu dan mengaitkan dengan materi yang akan diberikan. Kemudian siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok. 

Guru menayangkan gambar rumah adat, tarian adat, ragam hias daerah, pakaian adat, kerajinan kerang, tas noken. Kemudian siswa diminta untuk menentukan ide kerajinan yang terinspirasi dari artefak/objek budaya lokal dan material dari daerah setempat dan mendiskusikan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan tersebut. Setelah melakukan diskusi siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka ke depan kelas, kelompok lain mengamati dan memberikan tanggapan. 

Guru sebagai fasilitator dan nara sumber selama proses berlangsung. Pada saat diskusi berlangsung ada siswa yang bertanya, kalau misalnya tidak gambar buat sendiri apa boleh bu?, gambaran saya jelak bu. Guru memberikan ilustrasi, pada proses menggambar ragam hias atau gambar objek bisa dilakukan melalui berbagai teknik, menggambar langsung dan menjiplak. Pada teknik menjiplak, guru menjelaskan beberapa cara dalam menjiplak, menggunakan karbon atau dengan menggunakan cara lain, guru menyerahkan pilihan kepada siswa, menjiplak atau menggambar. Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa membuat hasil laporan diskusi mereka dalam bentuk laporan. Laporan diskusi dibuat dalam bentuk resume(docx) atau presentasi(ppt) dengan poin-poin sesuai dengan ketentuan yang diberikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline