Lihat ke Halaman Asli

DIANA KUSUMA

Ibu Rumah Tangga

Saya Melahirkan, Mengandung Selama Sembilan Bulan tapi Tak Bisa Kumiliki Bayiku

Diperbarui: 24 Mei 2021   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: HaiBunda.com/Stillbirth, Saat si Kecil Lahir dalam Kondisi Meninggal Dunia

Saya adalah calon ibu yang mengharapkan keturunan yang sehat. Saya seorang karyawati swasta dan pada saat itu sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas swasta di Tangerang.

Hari itu setelah menikah beberapa bulan saya dan suami diberikan kepercayaan kepada Allah swt, dikaruniakan garis dua pada testpack yang artinya positif atau dalam kata lain hamil. Kami yang baru saja menikah tentu saja sangat senang, karena tidak menunggu lama untuk mempunyai calon bayi.

Memperjuangkan kehamilan tidak semudah yang saya dan suami bayangkan, saya dan suami hanya bisa berencana berjuang semaksimal mungkin. Dari umur kandungan dua bulan saya terkena mual muntah berlebihan yang biasa kita kenal dalam bahasa medis hyperemesis. Saya sering sekali keluar masuk rumah sakit karena dehidrasi.

Seiring berjalan waktu, umur kandungan bertambah. Masuk di delapan bulan bidan mendiagnosa saya protein positif dua dan tensi tinggi yang artinya dalam bahasa medis disebut preeklamsia.

Bidan tersebut merujuk saya ke laboraturium, untuk memastikan keadaan sebenarnya. Ternyata diagnosanya benar, saya di rujuk kembali ke rumah sakit terdekat. Saya masuk ruang khusus dan istirahat total. Setelah seminggu di rumah sakit saya di pulangkan, karena organ tubuh ibu berfungsi dengan baik. Sampai sembilan bulan jadwal saya periksa ke bidan, yang di tetapkan setelah lebaran di tahun 2019 akan melahirkan.

Sampailah saya di bidan biasa saya periksa. Ternyata detak jantung anak saya sudah tidak ada. Suami saya menangis, menjerit. Diperjalanan saya hanya bingung apakah ini mimpi, sampai di rumah sakit di usg ulang ternyata memang sudah tidak ada. Barulah saya menangis merasa tidak bisa menjaga titipan sang khalik.

Semalaman saya di induksi berharap dapat lahiran dengan normal, sakit mules setiap lima menit sekali dan ketuban pun pecah. Sampai pagi tidak ada dorongan dari bayi. Diputuskanlah untuk operasi SC dan saya akan melahirkan, tetapi untuk tidak melihat anak saya untuk selama-lamanya.

Untuk wanita di luar sana yang merasakan sama dengan yang saya alami, perasaan sedih yang mendalam pasti akan dirasakan oleh ibu yang mengalami bayi meninggal di dalam. Buah hati yang dinanti-nanti ternyata ditakdirkan tidak hidup ke dunia. Wahai ibu, bersabarlah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda. “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama ari-arinya apabila ibunya mengharap pahala dari Allah swt”. (HR. Ibnu Majah, No. 1690).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline