Leila S. Chudori, seorang jurnalis, penulis, dan kritikus film terkemuka asal Indonesia, merupakan nama besar yang layak diperhitungkan dalam dunia sastra dan budaya. Dikenal melalui berbagai karya yang kaya akan narasi mendalam dan penuh makna, Leila telah menunjukkan bakatnya sejak usia belia, memulai debut kepenulisannya ketika masih anak-anak. Keahliannya dalam merangkai kata tidak hanya membuktikan kepiawaian sastranya tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam literatur Indonesia.
Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori telah menerima pengakuan luas dari berbagai kalangan, terbukti melalui penghargaan bergengsi yang diraihnya. Pada tahun 2020, novel ini memenangkan South East Asia Write Award (S.E.A. Write Award), penghargaan sastra bergengsi di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, pada IKAPI Awards 2022, Laut Bercerita dinobatkan sebagai Book of the Year, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu karya sastra terbaik yang mampu menyuarakan isu-isu penting dengan narasi yang mendalam dan penuh emosi. Penghargaan-penghargaan ini menunjukkan dampak besar novel tersebut dalam dunia sastra Indonesia dan internasional.
Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori merupakan salah satu karya sastra yang memiliki keunikan tersendiri dalam membingkai kisah perjuangan, harapan, dan kehilangan. Novel ini terinspirasi oleh kisah nyata yang terjadi selama masa Orde Baru di Indonesia, saat penghilangan paksa dan pelanggaran hak asasi manusia menjadi bagian gelap dari sejarah bangsa. Dengan latar waktu yang penuh gejolak, Leila mengangkat kisah yang relevan dengan konteks sejarah, menyoroti perjuangan kelompok aktivis mahasiswa melawan tirani, sekaligus menyingkap sisi personal dari penderitaan mereka yang kehilangan orang-orang tercinta.
Pendekatan dual perspektif yang digunakan menjadi salah satu daya tarik novel ini. Narasi bergantian antara sudut pandang Laut, seorang aktivis yang menjadi korban penghilangan paksa, dan sudut pandang keluarga serta teman-temannya yang terus mencari jawaban atas hilangnya Laut. Melalui sudut pandang Laut, pembaca dibawa masuk ke dalam dunia penuh idealisme, keberanian, dan ketakutan yang dialami oleh aktivis di masa itu. Di sisi lain, perspektif keluarga Laut memberikan gambaran tentang rasa kehilangan, frustrasi, dan perjuangan untuk mencari kebenaran yang tak kunjung tiba. Pendekatan ini memberikan dimensi emosional yang mendalam, membuat pembaca tidak hanya memahami penderitaan para korban, tetapi juga beratnya beban yang harus dipikul oleh orang-orang yang ditinggalkan.
Dengan mengangkat isu penghilangan paksa di Indonesia, novel ini berfungsi sebagai pengingat kolektif bagi masyarakat tentang pentingnya mengenang masa lalu untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali. Melalui bahasa yang puitis dan penggambaran yang hidup, Leila berhasil menyampaikan cerita yang menyentuh dan menggugah, mengajak pembaca untuk merenungkan arti keadilan, hak asasi manusia, dan kemanusiaan. Laut Bercerita bukan sekadar novel, tetapi sebuah testimoni tentang keberanian manusia melawan lupa dan ketidakadilan.
Penggunaan sudut pandang ganda dalam novel ini juga merupakan salah satu kekuatan utama yang membuatnya begitu menarik. Dengan narasi yang berganti-ganti antara sudut pandang Laut, seorang aktivis yang diculik dan hilang, serta teman-teman dan keluarga yang berjuang untuk mencari tahu keberadaannya, pembaca diajak untuk melihat cerita dari berbagai sisi. Pendekatan ini memberikan kedalaman pada cerita, memungkinkan pembaca merasakan konflik internal yang dialami oleh setiap karakter dan memahami dinamika sosial serta politik yang berlangsung pada masa itu. Perspektif ganda ini juga mengundang pembaca untuk merenung, bagaimana setiap orang yang terlibat, baik sebagai korban, saksi, atau pencari kebenaran, membawa pengalaman dan perjuangan yang unik.
Selain itu, Laut Bercerita juga berhasil menggugah kesadaran sosial dan sejarah dengan cara yang sangat halus namun mendalam. Novel ini bukan sekadar bercerita tentang masa lalu yang kelam, tetapi juga mendorong pembaca untuk merenungkan dampak panjang dari penghilangan paksa terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Melalui kisah para karakter yang kuat dan realistis, Chudori berhasil menunjukkan betapa pentingnya melawan lupa dan terus memperjuangkan kebenaran. Karakter-karakter dalam novel ini digambarkan dengan sangat manusiawi, dengan konflik batin yang nyata, sehingga pembaca dapat merasakan betul kegelisahan dan harapan mereka. Keberhasilan Chudori dalam membangun karakterisasi yang kuat dan realistis inilah yang menjadikan novel ini begitu emosional dan menyentuh, serta tetap relevan sebagai karya sastra yang menggugah.
Terakhir, Laut Bercerita juga mengandung nilai sejarah dan nasionalisme yang sangat relevan. Melalui narasi yang menggambarkan tragedi sejarah Indonesia, khususnya pada masa Orde Baru, novel ini membuka kembali luka lama dan mengajak pembaca untuk memahami peristiwa-peristiwa yang membentuk identitas bangsa. Dalam konteks ini, nilai nasionalisme muncul dengan kuat, karena mengingatkan kita bahwa kesadaran terhadap sejarah adalah bagian dari upaya membangun bangsa yang lebih baik, yang tidak hanya mengenal kejayaan, tetapi juga belajar dari kelamnya masa lalu. Keberanian untuk mengungkapkan kebenaran dalam karya sastra ini juga menjadi bentuk pengabdian terhadap tanah air, untuk menjaga martabat bangsa dari lupa akan pelanggaran hak asasi yang pernah terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H