Banyuwangi -- Literasi teknologi yang masih minim menyulitkan guru serta siswa untuk menerima pembelajaran berbasis teknologi terlebih bagi keluarga dengan ekonomi kurang mampu. Namun, berbeda dengan sistem pembelajaran yang diselenggarakan oleh tenaga pendidik (guru) di SDN 1 Jambesari justru mereka tidak menggunakan sistem pembelajaran online.
Tenaga pendidik melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dengan sistem "Guru Keliling" atau biasa disebut dengan guling. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pandemi covid-19 memperlebar kesenjangan pendidikan, sebab pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan salah satunya PPKM yang mengakibatkan aktivitas menjadi terbatas.
Masa pandemi ini juga menyebabkan kegiatan belajar mengajar tidak efektif karena menurunnya minat belajar siswa dan kurangnya pendampingan orang tua terhadap siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal tersebut menjadikan salah satu faktor utama permasalahan selama pandemi.
Kebijakan-kebijakan pemerintah tentu saja mempengaruhi banyak sektor, salah satunya pendidikan. Dampak dari dunia pendidikan diantaranya banyak sekolah yang tidak memiliki kesiapan untuk menerapkan sistem daring atau biasa disebut sekolah online.
Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya keterampilan guru maupun siswa dalam mengoperasikan aplikasi pembelajaran daring, terbatasnya sarana dan prasarana serta penguasaan pemanfaatan media pembelajaran daring. Memang setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, namun jika tidak pernah diasah dengan baik maka hasilnya akan sia-sia.
Dengan adanya pandemi covid-19 ini secara tidak langsung mengubah kebiasaan seseorang dalam beraktivitas. Tentunya, hampir semua aktivitas dilaksanakan secara online dengan memanfaatkan media sosial baik dari segi pendidikan maupun perekonomian. Oleh karena itu, siap ataupun tidak siap setiap manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan budaya baru yang berbasis teknologi.
Dari permasalahan tersebut, tentunya membutuhkan solusi yang dapat membantu pihak sekolah untuk mengasah keterampilan sumber daya manusia khususnya guru dan siswa kelas 5 SDN 1 Jambesari.
Oleh karena itu, solusi tersebut dapat dilakukan melalui program kerja yang telah disusun diantaranya pengenalan, pelatihan dan pendampingan penggunaan media pembelajaran daring, meningkatkan keahlian pemanfaatan laptop, dan mempersiapkan siswa dengan memberikan pendampingan pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).
Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan secara bertahap dan terstruktur sehingga manfaat diterima dengan baik serta sesuai dengan kebutuhan mitra. Adapun kegiatan-kegiatan pelatihan tersebut, antara lain:
- Kelas KKN pertama yaitu pengenalan dan pengoperasian aplikasi Google Meet, Google Formulir, Rumah Belajar dan E-mail. Kegiatan ini dilakukan selama 3x pertemuan dan kelas ini ditujukan untuk guru dan siswa kelas 5 SDN 1 Jambesari. Pengenalan tersebut mempelajari fitur-fitur aplikasi media pembelajaran daring tersebut dan bagaimana menggunakan aplikasi tersebut. Kelas ini bertujuan untuk memberikan pemahaman aplikasi tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan belajar mengajar secara online secara mudah, dimana saja dan kapan saja.
Dokpri
- Kelas KKN kedua yaitu, pengenalan dan pemanfaatan laptop sebagai sarana pendukung pembelajaran daring. Kegiatan ini dilakukan selama 2x pertemuan dan kelas ini ditujukan untuk siswa kelas 5 SDN 1 Jambesari.
- Kelas ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa laptop dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi, menyimpan data dan tentunya untuk mempersiapkan siswa agar dalam pelaksanaan AKM mereka mampu menggunakan laptop sebagaimana mestinya.
Dokpri
- Kelas KKN ketiga yaitu, pelatihan dan pendampingan pelaksanaan AKM melalui media laptop pada siswa dan kelas ini ditujukan untuk siswa kelas 5 SDN 1 Jambesari. Kelas ini bertujuan untuk melatih siswa bagaimana cara login ke website yang telah disediakan oleh Kemendikbud untuk pelaksanaan AKM.