Lihat ke Halaman Asli

Diana Holila

Mahasiswa Universitas Jember

Dampak Pandemi Bagi Berbagai Sektor Pemerintahan (Analisis Kritis Pandemi dan Ekonomi)

Diperbarui: 2 Juni 2020   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Baru-baru ini, dunia sedang diguncang oleh suatu wabah yang dianggap berasal dari Negara China, karena disana pertama kali wabah ini muncul. Wabah ini dikenal dengan Covid-19 atau lebih akrab disebut virus corona. Virus corona merupakan wabah yang menyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem manusia. 

Sampai detik ini belum ditemukan obat maupun vaksin untuk menyembuhkan dan mencegah penularan virus ini. Virus ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan yang dimulai dengan gejala flu dan demam 38C. Virus corona ini telah terbukti memiliki tingkat penularan yang sangat cepat. Ia menular melalui cairan seseorang yang terpapar bersin atau batuk. 

Selain itu, lebih mengerikan lagi bahwa diduga barang yang sudah disentuh oleh seseorang yang terpapar juga akan menularkan virus ini. Tingkat penularan yang sangat tinggi ini menyebabkan seluruh negara diserang oleh covid-19 ini. Negara adidaya seperti Amerika Serikat pun tidak bisa melawan virus ini, ia bahkan menjadi bagian dari 10 negara dengan kasus tertinggi di Dunia, selain Brasil, Rusia, Spanyol, Inggris, Italia, Prancis, Jerman, India, dan Turki. Indonesia juga tidak terhindar dari virus ini. 

Terdapat banyak kebijakan pemerintah untuk mengurangi jumlah korban. Seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia, mulai dari social distancing, physical distancing, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan menutup segala aktivitas yang menyebabkan adanya kerumunan orang.

Kebijakan-kebijakan pemerintah di atas tentu saja mempengaruhi banyak sektor, mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial, dan agama. Ditinjau dampak dari dunia pendidikan yaitu banyak sekolah yang tidak memiliki kesiapan untuk menerapkan sistem daring atau biasa disebut sekolah online. Kebijakan ini tidak hanya diperuntukkan siswa/i sederajat melainkan juga untuk mahasiswa/i. 

Namun, sekolah online tidak selalu berjalan dengan lancar karena salah satu faktor yang menghambat yaitu terbatasnya sarana dan prasarana yang tidak merata serta penguasaan teknologi yang rendah (gaptek). Ditinjau dari dampak sosial dan agama yang terasa setelah adanya covid-19 yaitu perubahan perilaku masyarakat, seperti pembatasan kegiatan-kegiatan yang melibatkan interaksi banyak orang. Kegiatan yang dibatasi tersebut ialah kegiatan ibadah bersama, acara pernikahan, tahlilan, dan sebagainya. 

Namun, sektor ekonomi yang paling merasakan dampak dari kebijakan-kebijakan di atas. Adanya PSBB, social distancing tentu saja menyebabkan sistem perdagangan dan perindustrian menjadi terganggu, bahkan ditutup. Bahkan banyak sekali pemberitaan mengenai PHK besar-besaran oleh sejumlah Mall, pabrik, dan perusahaan. Dengan adanya dampak tersebut, menurut penelitian SMERU, perkiraan terburuk tingkat kemiskinan akan meningkat menjadi 12,4% yaitu 8,5 juta penduduk akan menjadi miskin. Tidak menutup kemungkinan inflasi terjadi dengan semakin banyaknya pengangguran dan kemiskinan.

Dalam hal ini, Menkeu menyatakan bahwa pendapatan negara dan hibah pada akhir Triwulan I 2020 telah mencapai Rp375,95 triliun. Dalam merealisasikan Belanja Modal Pemerintah Pusat sampai dengan Maret 2020, ekonomi global tumbuh sebesar 6,58% dari tahun sebelumnya. 

Namun, setelah terjadinya pandemi pembelanjaan modal menjadi lambat, karena lebih mengutamakan pembelanjaan pada bidang kesehatan dan sisanya untuk pemulihan ekonomi, seperti pelonggaran modal di bidang ekspor dan impor, pembayaran pajak sementara, pelonggaran pembayaran utang kredit serta memberikan bantuan sosial kepada masyarakat. Bantuan sosial tersebut lebih diutamakan pada keluarga yang terpapar virus corona dengan cara meringankan beban keluarga  seperti, pembayaran listrik digratiskan dengan S&K belaku, pemberian sembako setiap bulan, dan sebagainya. 

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 hanya mencapai 2.97% jauh dibawah proyeksi pemerintah, yakni mencapai 4,6%, bahkan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics, Mohammad Faisal, memprediksikan pada kuartil II 2020 terkontraksi antara -1,9% hingga -5% sehingga terlihat jelas bahwa Indonesia mengalami kelesuan ekonomi.

Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia. Hal tersebut menyebabkan peran ekonomi berbasis syariah cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Termasuk dalam kondisi wabah seperti saat ini. Potensi ekonomi syariah yang berasal dari zakat, infaq maupun shaqadah dapat disalurkan secara tunai untuk masyarakat terdampak virus corona. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline