Lihat ke Halaman Asli

Dian agashie

ibu rumah tangga

Mycobacterium Vaccae

Diperbarui: 14 Agustus 2023   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"dek, jangan gangguin om Ad. Om Ad lagi nge cat. Sini" aku panggil Atta agar main ke halaman depan. Di halaman belakang ku lihat om Ad agak kerepotan ketika dua ponakannya yang masih balita berkeliaran di sekitarnya. 

"dek. Eh mau kemana?" panggilku lagi. Bocahku yang tiga hari lagi genap dua tahun dengan kakak sepupunya yang lebih muda lima bulan darinya menghilang dari hadapanku. Saat aku tengah menggendong bayi adik iparku, aku agak kesulitan mengajak Atta ke halaman depan. Tapi aku bukanlah ibu yang terlalu mengekang anak selama dia main di lingkungan yang aman. 

Sedia payung sebelum hujan. Lebih baik aku tetap perhatikan Atta dan sepupunya bermain. Oooh ternyata mereka lagi main anak tangga kecil tidak jauh dari posisi om Ad nge cat. Aku berdiri memperhatikan mereka. Khawatir juga kalau mereka berebut sesuatu lalu saling dorong dan jatuh. 

"tu batu" kata Atta sambil menggenggam sebuah batu kecil di tangannya. Dia masih belum lancar bicara. Tapi dia selalu berusaha mengutarakannya. Dan ketika dia bermain batu selalu aku biarkan. Karena aku bukan ibu yang terlalu steril seperti kebanyakan orang tua yang ingin anaknya selalu bersih. 

Beberapa menit setelah mereka bermain lempar batu ke arah kebun. Kakak sepupu Atta mulai mengambil pasir dan melemparnya. Ku lihat dia senang banget menggenggam pasir. Kayaknya sih dia ingat waktu main pasir di ancol. Makanya dia se happy itu. Hehe

"ya ampun bocil bocil. Seneng banget ya mainnya. Eh sayang mending main batu aja nak. Ga usah pasir. Nanti kena mata ya sayang" kataku. Hehe. Biarpun aku ibu yang membiarkan anakku main kotor tapi kalau lagi berdua takut juga main lempar ke mata. 

"Ali, eh jangan. Kotor. Ih jorok. Panggil mama nih yah. Mah, Ali main kotor nih. Udah udah udah mainnya" tiba tiba om Ad menyeru bocil bocil supaya menyudahi mainnya. Aku yang memperhatikan mereka sambil duduk gendong ponakan yang masih bayi diam saja. Aku hanya tertawa pelan. Padahal dalam hatiku aku agak sedikit jengkel. Udah setengah kotor malah di larang. Kenapa ga dari tadi ngelarangnya. Lagian ada apa sih sama batu dan pasir. Sekotor apa coba dua benda itu. Yang penting kan ga ada kotoran hewan. Aku juga udah cek kalau memang ga ada kotoran kucing atau kambing. 

Mendengar ocehan om Ad yang ga jelas itu mending aku kembalikan ponakanku ke ibunya di dalam rumah dan ku ajak Atta main di halaman depan. 

"atta sayang. Udah yuk mainnya" ajakku sambil berjalan menghampirinya. Saat ku mulai mendekat ku lihat mereka berdua bukan melempar pasir ke udara tapi melempar ke rambut mereka sendiri. Astagfirullahaladzim hahaha. Baju pada kotor. Muka cemong cemong. Rambut apalagi. Rambut anakku sih agak botak ya jadi ga terlalu sulit bersihinnya. Tapi rambut Ali kotor banget. Susah ini mah bersihinnya. Aduh gimana ini ya sama mamanya. Hiks. 

Ku coba bersihkan dulu sebisaku pasir yang menempel di rambut mereka berdua. Ternyata beneran sulit guys. Akhirnya ku gendong Ali dan ku gandeng Atta menuju kran di halaman depan rumah. 

"ya ampun Ali, tante kira kamu tuh lempar pasir ke udara sayang. Ternyata ke rambut kamu sendiri ya" Ali diam saja saat ku bersihkan rambutnya dengan jilbabku. Ku ajak cuci tangan dan ku usap wajahnya. Ku bersihkan juga pasir yang ada di belakang bajunya. Berharap pasirnya hilang. Saat ku rasa cukup bersih gantian ku ajak Atta tuk cuci tangan dan ku lakukan hal yang sama seperti Ali tadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline