Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusulkan penggunaan ikan kaleng sebagai bahan baku utama dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprakarsai Presiden Prabowo Subianto karena tak semua masyarakat bisa mengakses ikan segar.
Meski baru usulan, berita ini kontan memunculkan reaksi pro dan kontra di masyarakat.
Program Makan Bergizi Gratis ditujukan untuk sekitar 80 juta anak sekolah di seluruh Indonesia agar anak-anak usia sekolah menerima asupan nutrisi yang dibutuhkan badanya untuk tumbuh kembang dengan baik.
Orang tua jaman dahulu mengenal 4 sehat 5 sempurna yang mengandung gizi ideal, yaitu karbohidrat (nasi atau kentang atau jagung atau sagu), protein (tahu/ telur/ daging/ ikan), mineral dan serat (sayur mayur dan buah), dan sebagai pelengkap adalah susu.
Semua orang paham ikan adalah sumber protein yang sangat baik. Protein adalah salah satu nutrisi utama yang dibutuhkan ibu hamil bagi perkembangan otak bayinya. Protein juga dibutuhkan anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Sumber protein ada banyak, misalnya dari telur, daging, tahu dan tempe, dan beberapa sumber makanan lainnya. Yang paling murah tentunya tempe dan tahu, tapi di daerah pesisir, sumber protein yang mudah didapat adalah ikan.
Indonesia adalah negara kepulauan. Nenek moyang kita adalah pelaut, dan nelayan adalah mata pencaharian utama di wilayah-wilayah pesisir kita yang jumlahnya sekian ribu kilometer.
Sebagai negara yang memiliki luas lautan lebih besar dari luas daratan, tak heran jika sebagian masyarakat kontra dengan usulan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan tsb. Kenapa bukan memberikan ikan segar? Jika produksi dalam negeri masih belum mencukupi, kenapa tidak menggenjot agar produksi bisa lebih tinggi?
Ikan kalengan sedikit banyak mengandung pengawet, apakah tidak membawa dampak negatif jika dikonsumsi anak usia sekolah dalam jangka panjang? Kalau alasannya adalah ikan segar tidak bisa diakses oleh penduduk di pegunungan misalnya, bukankah bisa dicari sumber protein lain yang lebih mudah bagi mereka? Setiap jenis makanan dalam program MGB harus disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.
Terlepas dari topik ikan kalengan, saya melihat bahwa pejabat kita harus lebih berhati-hati sebelum mengeluarkan statement supaya tidak menimbulkan keresahan masyarakat, yang dalam kasus ini adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang menjadi target program pak presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H