Lihat ke Halaman Asli

Diana F Singgih

baru belajar menulis

Cerita Perjalanan ke Kawah Ratu Gunung Salak

Diperbarui: 7 November 2024   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi 

Teman saya kemarin posting perjalanannya ke Kawah Ratu. Melihat foto-fotonya membuat kenangan saya terbang ke perjalanan saya ke tempat yang sama. Trip pendek yang saya lakukan di saat pergerakan dunia melambat karena Covid19. Ingin liburan tapi banyak pertimbangan: tidak bisa naik pesawat atau kendaraan umum lainnya, tidak bisa menginap di hotel, harus selektif memilih tujuan supaya aman tidak tertular, maka saya dan suami pergi ke alam bebas yang bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.

Kawah Ratu Gunung Salak masuk dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak, sekitar 2 1/2 jam berkendara dari Jakarta ke arah Selatan, lewat tol Jagorawi ke arah Bogor, melewati kampus IPB, lanjut ke base camp Pasir Reungit.

Memasuki gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak suasana teduh menyambut. Hutan pinus menjulang tinggi, sungguh nyaman dan menenangkan. Banyak papan petunjuk arah ke berbagai air terjun. Kalau waktunya panjang rasanya ingin juga mampir ke sana, tapi tujuan kami hari itu adalah naik ke Kawah Ratu.

Gerbang TN Halimun Salak. Dokpri

Dokpri 

Di gerbang pembelian tiket 2 pemandu jalan sudah menunggu kami. Hari itu tengah minggu, tanggal merah, tapi tidak banyak pengunjung. Ya sepertinya karena situasi pandemi jadi masyarakat memilih untuk tidak keluar rumah.

Setelah briefing sejenak kami mulai melangkahkan kaki di setapak. Jalan tanah, sebagian berair karena berada di tepi aliran sungai yang luber hingga ke setapak, kadang melewati batu-batuan untuk menyebrangi sungai kecil. Vegetasi cukup rimbun dengan suara burung dan aliran sungai hampir sepanjang jalan. Saya sungguh menikmati perjalanan itu. 

Dokumen pribadi 

Di satu titik kami berhenti untuk beristirahat. Ada 2 sungai di kiri dan kanan kami. Yang kanan penuh dengan batu-batu besar, sedangkan yang di kiri alirannya tenang dan bening sekali. Ada papan bertuliskan Sumber Air Terakhir di situ. Kata pemandu, biasanya pendaki akan mengisi botol airnya di aliran sungai sebelah kiri sebelum meneruskan perjalanan, karena di atas tidak ada mata air.

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline