Jumlah muslim di seluruh dunia sekitar 2 miliar, atau sekitar 25% dari total populasi dunia. Misalnya 30% saja dari jumlah itu melakukan perjalanan baik bisnis ataupun wisata, maka kebutuhan akan makanan halal akan berjumlah cukup besar.
Makanan halal yang saya maksud adalah yang halal sesuai syariat agama, bukan hanya no pork no lard, tapi juga termasuk bahan dan alat masak. Lebih ideal lagi jika sudah ada sertifikasi halal dari lembaga terkait di negara tsb.
Dulu kalau saya bepergian ke luar negeri, mencari kuliner yang halal tidaklah mudah. Pilihan yang mudah tentunya restoran Turki, Pakistan atau India.
Restoran Indonesia yang ada di luar negeri tidak semuanya menyajikan makanan halal. Pernah waktu saya ke Australia, saya masukkan halal food di Google Maps dan muncullah nama restoran Indonesia. Betapa senangnya saya waktu melihat lokasinya tidak jauh dari hotel. Tapi begitu masuk dan melihat menu, ternyata mereka menyajikan pork.
Dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, atau lebih gampang kalau kita mengambil periode sebelum dan setelah Covid19, perkembangan di industri makanan halal sudah jauh berubah.
Masih membicarakan Australia, dengan keyword halal food saya bisa menemukan Thai Resto halal di Sydney, Beef Noodle halal di Melbourne, Hainan Chicken Rice di Adelaide.
Di negara tetangga terdekat kita, Singapura, lebih mudah lagi.
Dibandingkan waktu saya ke Singapura tahun 2018, pada kedatangan saya bulan Januari 2024, saya melihat ada yang baru yaitu logo Halal Singapore di beberapa gerai makanan di food court.
Saya masih ingat dulu pernah ditolak oleh pedagang makanan di Takashimaya food court ketika melihat saya yang berjilbab antre di depan gerainya.
"Sorry mam, we serve pork here," begitu katanya dengan logat kental Singlishnya.
Sekarang dengan pemasangan logo halal, saya tidak perlu lagi bertanya.