Lihat ke Halaman Asli

Diana F Singgih

baru belajar menulis

Anak dan Buku

Diperbarui: 19 Agustus 2024   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi

Apakah benar masyarakat Indonesia rendah minat bacanya, dan rendah pula tingkat literasinya? 

Ada masanya di mana setiap mall punya gerai buku. Biasanya ramai menjelang tahun ajaran baru. Para orang tua belanja buku pelajaran untuk anak-anak, beli peralatan tulis dan tas baru. Anak-anak berkumpul di bagian komik dan buku anak, ada yang duduk dan jongkok membaca buku. 

Di era digital ini, toko buku konvensional mulai kehilangan energi. Toko buku Gunung Agung yang sudah beroperasi sekian dasawarsa saja akhirnya menutup semua gerainya tahun lalu. Toko buku besar lainnya misalnya Gramedia, meskipun masih punya beberapa gerai offline, akhirnya menawarkan platform digital. 

Buku itu mahal, oleh karenanya bagi sebagian masyarakat, buku itu seperti kebutuhan tersier. Di era di mana digencarkan kampanye hijau memang lebih sustainable kalau penggemar buku hardcopy beralih ke e-book. Tapi seberapa banyak orang Indonesia gemar membaca buku ataupun e-book? Atau hanya siswa sekolah dan mahasiswa karena tuntutan akademik? Apakah di sekolah masih diharuskan membaca karya sastra seperti generasi saya sekian dekade lalu? Membaca karya Chairil Anwar atau Sutan Takdir Alisyahbana, misalnya. 

Beberapa bulan lalu saya melihat seorang anak usia belasan membaca buku sambil minum jus di mall. Saya sampai terperangah. Langka sekali melihat anak membaca dengan asik dan bukan main game atau tiktok-an di ponsel.  

Mengajari anak agar senang membaca dimulai dari rumah 

Waktu anak-anak milenial saya masih kecil, mereka sering saya bawa ke toko buku. Saya tumbuh di keluarga yang suka membaca. Ibu saya guru, dan beliau suka membeli buku-buku bekas teman-temannya para ekspatriat di Bandung yang akan pulang ke negara mereka. 

Karena tahu membaca itu asyik dan menyenangkan, saya ingin menularkan kegemaran membaca ke anak-anak. Berawal dari buku komik seperi Doraemon, Kobo Chan, detektif Conan sampai Tintin, lanjut ke non komik karya Enyd Blyton dengan Sapta Siaga dan Lima Sekawan. Ini buku2 konsumsi masa kecil saya juga.

Dulu, tiap bulan kami selalu mengunjungi toko buku. Tapi sejak anak-anak dewasa, terus terang saya juga hampir tidak pernah lagi masuk ke toko buku.

Kendala yang menyebabkan anak tidak suka membaca

Perlu menciptakan suasana gemar membaca untuk anak. Anak adalah peniru yang unggul. Mereka akan lebih pintar memegang gadget jika pengasuhnya memegang ponsel sepanjang hari. Anak-anak yang ibunya suka melukis atau menggambar akan ikut-ikutan memegang pensil di usia dini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline