Lihat ke Halaman Asli

Diana F Singgih

baru belajar menulis

Memaafkan, Gampang, Melupakan, Ntar Dulu

Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ketika ada orang menyakiti hati kita, kita merasakan luka (pain). Luka yang terlalu lama tersimpan di hati membuat kita tersiksa (suffer). Pilihan ada pada kita: memaafkan dan berusaha melupakan, atau menyimpan luka tsb.

Kata orang bijak, memaafkan itu bermanfaat untuk ketenangan hati dan kesehatan. Memang gampang untuk berbicara. Tapi bagaimana kalau itu terjadi pada kita? Tentunya tidak mudah memaafkan apalagi kalau lukanya terlalu dalam, atau kesalahannya fatal atau berulang. Orang yang dikhianati pasangannya satu kali mungkin bisa memaafkan, tapi jika berulang, apakah dia bisa memaafkan? Lebih jauh lagi apakah bisa melupakan? Anak yang di rumahnya sering dibentak dan dipukul orang tuanya, dia bisa memaafkan tapi apakah dia bisa melupakan kenangan tidak mengenakkan yang terjadi waktu dia kecil?

Time heals the pain but the scar remains.

Luka yang terkubur tak selalu berakhir dengan kesembuhan. Ada yang bisa menjadi trauma yang berakibat pada hubungannya dengan manusia lain kemudian hari.

Ada manusia yang mudah memaafkan. Ada yang tidak dan justru merawat luka hatinya menjadi borok. Mengingat2 hal yang menyakiti hati akan makin membuat luka itu makin besar dan dalam. Cara supaya tidak menjadikan sakit hati menjadi borok adalah, begitu melihat atau merasakan sesuatu yang mengingatkan kita pada peristiwa menyakitkan tsb, segera alihkan pikiran pada hal yang lain, hal yang menyenangkan. Atau sibukkan diri dengan kegiatan fisik yang melelahkan. Jangan biarkan diri terbenam dalam ingatan menyakitkan. 

Menjadi manusia yang pemaaf itu luar biasa susahnya. Mungkin itu sebabnya mengapa di antara 8 pintu surga, ada pintu bernama Pintu Menahan Amarah dan Memaafkan. 

Menyimpan rasa sakit hati itu adalah beban berat buat hati manusia. Jadi mari belajar menjadi manusia pemaaf. Memaafkan ketidak sempurnaan orang tua kita ketika merawat kita dulu, memaafkan kesalahan pasangan kita, memaafkan anak-anak kita, memaafkan saudara dan teman kita, memaafkan orang yang menzholimi kita, memaafkan semua yang pernah menyakiti kita. Setelah itu berlanjut ke tahap melupakan. 

Dengan berlalunya waktu, kita bisa mengingat hal tidak menyenangkan tanpa sakit hati. Mungkin malah bisa senyum meski agak pahit. 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline