Lihat ke Halaman Asli

Diana F Singgih

baru belajar menulis

Merbabu, Setahun yang Lalu

Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabana 1 Gn Merbabu/dok. pri

Cepatnya waktu berlalu! Scrolling foto di gallery ponsel, saya lihat lagi foto ini.

Setahun yang lalu, Agustus tanggal 10 tahun 2023, suami dan saya berangkat ke Solo. Kami berencana mendaki Gn Merbabu (3.145 mdpl) bersama teman-teman. 

Grup pendakian kami berjumlah 12 orang. 5 orang teman-teman kuliah suami yang sudah kami kenal baik, 4 orang teman kantor suami yang kepingin ikut mendaki, terakhir adalah fotografer yang sudah kami kenal dan sudah pernah traveling bareng.

Sesuai kesepakatan, untuk trip ini PIC-nya adalah suami, dia menentukan hotel tempat menginap di Solo dan menyewa transportasi dari hotel ke titik pendakian, serta menyewa porter.  Urusan transportasi menuju Solo dan pemesanan kamar hotel diurus masing-masing. Rombongan kami berasal dari Jakarta dan Surabaya.

Tanggal 11 Agustus setelah subuh kami sudah bersiap di lobi hotel. Hi-ace kapasitas 12 orang sudah siap di tempat parkir. Itinerary pendakian adalah: 8.30 start dari base camp di Selo, mendaki sampai sabana dan menginap di Sabana 1, tanggal 12 dini hari mendaki ke puncak, kembali ke kemah untuk sarapan, lanjut turun, menginap lagi di Solo (hotel bebas). Hari Minggu kembali ke rumah masing-masing.

Jalur pendakian Gn Merbabu ada banyak, bisa dari Magelang, dari Semarang, dan dari Boyolali. Masing-masing jalur punya tingkat kesulitan sendiri. Kami pilih lewat Selo, Boyolali, karena konon menurut sesama pendaki dan kami baca dari internet jalur ini paling landai, tapi konsekuensinya jarak tempuh paling panjang, 8 jam.

Wajah masih bersih dan sumringah di Pos 1/dok. pri

Kami pendaki senior, senior bukan karena pengalaman naik gunung tapi karena usia kami rata-rata sudah di atas 50 tahun. Kalau di marathon kami sudah masuk kategori Master. Selain itu di rombongan kami ada 1 perempuan yang sama sekali belum pernah naik gunung, jadi jalur Selo cocok buat profil kami.

Kendaraan sewa menurunkan kami di Basecamp Selo, lalu ada briefing sebentar oleh tour guide. Dari base camp ke Pos 1, perjalanan masih lumayan menyenangkan. Meski menanjak, banyak pohon di kiri kanan jalan setapak jadi panas matahari tidak terlalu terasa menyengat. Jalur pendakian tidak tertata seperti Gn. Papandayan dengan anak tangga dari batu. Di sini betul-betul setapak dari tanah yang sangat berdebu di musim kemarau. Sebagian dari kami mengenakan masker dan sebagian pakai buff. 

Kami sampai di Pos 2 sekitar tengah hari dan porter sudah menyediakan nasi bungkus untuk makan siang kami. Oya, kami menyewa beberapa orang porter untuk membawakan dry bag dan carrier kami, mendirikan tenda di Sabana dan memasakkan hidangan makan malam dan sarapan besoknya. Maklumlah, pendaki senior!

Selepas Pos 2 jalan makin menanjak dan pepohonan berganti padang terjal. Panas matahari terasa sekali di sini, ditambah debu yang terbawa angin. Tidak nyaman jika kita berjalan di belakang pendaki lain. Jejak kaki mereka menerbangkan debu ke muka kita. Dan hari itu, meskipun bukan weekend, ternyata cukup banyak pendaki yang lalu lalang. Para pendaki yang turun nampak kulit mukanya gelap tertutup debu. Wah apakah muka kami seperti itu juga nanti?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline