Lihat ke Halaman Asli

Diana Arnita

Mahasiswa Akuntansi

Puisi | Secangkir Teh

Diperbarui: 14 Mei 2019   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari masih saja memancarkan sinarnya
Seperti biasa
Mendung nampak menggantung di langit sana
Harapan hujan turun pun muncul
Namun seperti biasanya
Mendung itu hanya berlalu tanpa peduli
Orang tua itu masih saja bergumul dengan padi-padi di sawah
Ya, dialah cinta pertamaku
Pahlawan hidupku
Tanpa keluh dia terus membersihkan rumput liar demi panen yang melimpah
Ayah, lekaslah pulang
Secangkir teh hangat sudah menunggu
Ayah, cobalah kau pinta mendung itu membanyangimu
Hingga sengatan matahari tak lagi membakar punggungmu
Sungguh pengorbananmu tak mampu terbayar materi apapun
Semoga kelak Firdaus menjadi imbalanmu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline