Kepadamu, kembali kutuliskan cerita singkat. Cerita yang mana mungkin berhenti sampai disini saja, sebab dirimu nyata dan benar adanya. Pun aku sampai heran seperti apa sosok aslimu ?
Berawal pada hari anak nasional kemarin, aku kembali diingatkan pada puisiku tentang "dua anak yang saling bertanya". Kala anak lelaki yang sinarnya semakin hari semakin meredup karena kehampaan. Entah, apakah sebuah kerinduan atau kebencian dalam hatinya. Mendengar keadaannya dari seorang nenek saja mampu membuatku mengucap kata "Tega".
Tak ada maksud mempermalukan sosokmu yang tengah berbahagia jauh di sebrang sana, kau hidup hebat sekarang. Aku sekedar ingin bertanya saja. "Hii, how are u today? it might be the best time having a cup of coffee with ur beautiful daughters over there, right?". Aku hanya sekedar bertanya melalui media ini, jadi jangan kau merasa tersinggung. Toh handphoneku canggih keluaran model terbaru. Karena kepadaku seorang nenek pernah bertanya begini "Apa yang salah dari handphone cucuku ? padahal bentuknya sama seperti milikmu, Diana. Tapi tak pernah ada panggilan jauh dari negeri paman sam". Aku jawab saja dengan candaan kalau handphoneku jauh lebih canggih dan mahal.
Aku tak paham apa yang membuatmu begini. Atau mungkin kau memang lupa bahwa minggu kemarin, sekolah disini baru saja memulai tahun ajaran barunya. Kini, anak lelaki itu semakin tumbuh besar, tapi sayang sekali, seragamnya semakin terasa sempit dan usang dipakainya. Apa mungkin ada penyakit lupa yang berkelanjutan dari tahun ke tahun ? kau selalu lupa.
Dan kini, aku penasaran pada hati anak lelaki itu. Masihkan ia menunggu seorang wanita dari Atlanta ? untuk kembali pulang kepadanya.
Tangerang, 24 Juli 2018
Diana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H