Lihat ke Halaman Asli

Kesadaran Risiko Sangat Penting terhadap Bencana Gunung Semeru

Diperbarui: 13 Desember 2021   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

pada tanggal 04 Desember 2021 dimana banyak warga yang tinggal di daerah gunung semeru ini saat adanya erupsi yang sangat tebal sehingga keadaaan jam 16.00 itu cuaca terang berubah seketika menjadi gelap akibat semburan guguran asap tebal awan panas dan diikuti banjir yang menghancurkan apa yang telah di lewatkan oleh banjir. Banyak perkebunan,pertenakan, pendaki gunung yang menghanguskan rumah warga serta orang yang berada di sekitaran gunung semeru itu. Banyak warga yang sangat membutuhkan bantuan kita yang keadaanya tidak seperti warga disana. Dimana mereka membutuhkan tempat tinggal, makan, minum. Jadi kita sangat penting untuk meningkatkan kesadaran risiko kita terhadap orang lain yang lagi kesusahan.  Risiko catastrophic terdapat dua perbedaan yaitu risiko murni dan risiko spekluatif. risiko murni/Pure Risk adalah bentuk risiko yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian dan bila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan kerugian. Contoh Kebakaran, kecelakaan, gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor dan lain-lain. Risiko Spekulatif/Speculative Risk adalah risiko yang apabila terjadi dapat menimbulkan Kerugian (loss), atau tidak menimbulkan kerugian apapun (no loss) atau dapat mendatangkan keuntungan (gain). Contoh Risiko kelebihan produksi, risiko moneter (kurs valuta asing).

Dan gunung semeru ini tidak hanya erupsi sekali saja tetapi bisa berkali-kali karena ini bukan kejadian pertama kalinya gunung ini erupsi, ini udah berapa kalinya gunung itu erupsi. oleh karena itu kita harus meningkatkan kesadaran risiko dengan membantu mereka yang sedang membutuhkan bantuan kita, karena kesadaran itu sangat penting untuk membangun budaya risiko diperlukan suatu keterpaduan langkah antara pihak manajemen/pimpinan dengan unit internal auditor. Langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka menciptakan budaya  risiko mencakup 5 tahapan. Pertama, komitmen pimpinan menciptakan irama yang sama (tone at the top). Sebelum penerapan budaya risiko diimplementasikan, harus ada komitmen bersama dari para pemimpin (eksekutif). Pemimpinlah yang menjadi pendorong utama memulai budaya risiko. Selanjutnya, manajer-manajer dan pimpinan level menengah berperan penting dalam mengomunikasikan dan mempengaruhi perilaku karyawan/pegawai dalam upaya untuk mengimplementasikan manajemen risiko.

Kedua, berikan edukasi kepada seluruh stakeholders mengenai pentingnya melakukan manajemen risiko. Sampaikan pemahaman kepada mereka, bagaimana potensi kerugian jika tanpa manajemen risiko. Lakukan workshop dan training manajemen risiko untuk manajer di berbagai level organisasi, bahkan stakeholders lainnya seperti supplier dan partner. Ini supaya stakeholders yang terkait dengan bisnis kita dapat melakukan manajemen risiko dengan standar yang sama. Ketiga, lakukan kegiatan-kegiatan bersifat knowledge sharing mengenai manajemen risiko, di mana karyawan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen risiko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline