Menjadi sang penangkap angan, ternyata tidak semudah mengatakannya. Ibarat udara yang ada di sekeliling kita, terasa tetapi sulit menangkap wujudnya. Udara yang ada, hanya bisa kita rasakan atau mungkin hanya sekedar menciumnya jika udara itu berbau atau mungkin teracuni zat amoniak, misalnya.
Angan yang saya maksud di sini saya artikan sebagai "Ide" atau "Pikiran" bisa juga "Mimpi". Ide itu sebenarnya kadang bertebaran disekeliling kita - terlalu banyak malah - tetapi ketika kita ingin menangkap dan mengkongkritkan ide tersebut, kadang atau lebih banyak ide itu seperti udara yang sulit ditangkap tapi mudah dirasakan. Ia menguap begitu saja. Ide ada, tetapi untuk mewujudkannya sulit.
Mengapa ide yang begitu banyak itu menjadi sulit diwujudkan?
- Mungkin idenya terlalu prematur, belum cukup umur
- Idenya matang, tetapi karena lambat mewujudkannya akhirnya menjadi busuk
- Idenya terlalu banyak hingga tidak bisa fokus untuk mewujudkannya
- Idenya terfokus, cukup matang, tetapi malas mengeksekusinya
- Atau idenya ...apa lagi menurut anda?
Ya, mungkin jika diurut-urut masih banyak lagi alasan-alasan mengapa ide itu sulit diwujudkan. Sebagai sang penangkap angan alias penulis sudah seharusnya saya mulai membiasakan diri dengan melabel diri sebagai "sang penangkap angan". Karena dengan label yang saya berikan pada diri sendiri ini, memacu diri saya untuk benar-benar menjadi seorang ahli penangkap angan alias pintar menulis. Pintar mewujudkan ide dalam bentuk tulisan.
Menjadi penulis memang cita-cita saya. Meski saya tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup sebagai bekal seorang penulis, tetapi dengan membiasakan diri menulis apa saja, saya berharap kebiasaan itu membentuk karakter dasar saya, ia menjalar dan berakar kuat. Menjadikan saya sang penangkap angan/ide/pikiran/mimpi yang handal.
Mungkin saya bakalan ditertawakan banyak penulis hebat dengan tulisan saya yang gak jelas ini, tetapi saya yakin saya sedang belajar. Ibarat bayi, saya sedang belajar berdiri. Meski berdiri itu naluri tetapi ketika itu tidak pernah dilatihkan, saya yakin sang bayi tak akan pernah mampu berdiri apalagi berjalan dan berlari. Jadi jika saya ingin mampu berjalan dan berlari, inilah saatnya saya berlatih berdiri. Meski kaki belum kuat, kelak akan mampu berdiri bahkan berjalan dan berlari.
Meski tulisan ini tidak jelas juntrungannya mau kemana, tujuan saya cuma satu, membiasakan diri menangkap angan alias ide alias pikiran alias mimpi. Angan/ide/pikiran/mimpi itu harus ditulis. Ya, DITULIS. Hingga suatu hari kelak, saya benar-benar menjadi penulis besar. Meski usia tidak muda lagi, ini bukan halangan, karena ada pepatah mengatakan "Never too old to learn - Tidak ada kata tua untuk belajar" atau "No one too old to learn - Belajar tidak memandang usia".
Semoga peribahasa menguatkan jalan saya. Amin.
#Keep spirit Jul!
Salam,
eMDi