Lihat ke Halaman Asli

Menyimak Balada Duo Anas

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya bukan pakar politik, pemerhati masalah politik, atau politikus. Saya hanya orang awam yang subuh tadi karena terjaga dan dengan mata masih lima watt membaca satu berita di media online yang kebetulan masih menyala di laptop tentang Anas yang menemui Ahok di Balai Kota. Dasar memang tidak up to date terhadap berita politik, di pikiran saya, Anas yang dimaksud adalah Anas Urbaningrum yang petinggi Partai Demokrat. Kalau sampai beliau menemui Ahok, di tengah pemberitaan tentangnya yang gencar di berbagai jenis media massa manapun negeri ini, apa urusannya ya? Malah jadi ‘kepo’.. tetapi segera berganti dengan dengkuran pelan saya tepat di depan si laptop, pikiran kalah sama kantuk..

Paginya karena penasaran mulailah berselancar ke beberapa media online dan ternyata.. itu adalah Anas Effendi, Walikota Jakarta Selatan yang dirotasi oleh Jokowi menjadi Kepala Bagian Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta. Oalaah.. kantuk saya untung tidak menang lagi sebab saya masih bisa meneruskan perselancaran saya di dunia maya. Langsung paralel mencari berita tentang Anas berikutnya yang sangat beragam dari yang manis sampai yang pahit sama seperti tegukan demi tegukan kopi yang saya rasakan (kehabisan gula).

Keduanya bernama depan sama dan kebetulan sedang bermasalah dengan kekuasaannya terlepas dari rendahnya kinerja, senang atau tidak senang, suasanan politik partai, dan semua latar belakang yang saya juga tidak tahu mana sebenarnya. Anas Urbaningrum bolehlah saya sebut berhadapan dengan SBY dan Anas Effendi berhadapan dengan Jokowi. Anas yang pertama tetap tegar dan anteng bertahan meski nada sumbang, penilaian miring, dan desakan untuk mundur atau diturunkan (loh.. kok sama saja ujungnya) bertubi-tubi menghantamnya. Sedangkan Anas yang kedua relatif legowo untuk dirotasi meski dalam hatinya juga bertanya apa sebab pemindahan dirinya.

Menarik untuk disimak kabar selanjutnya dari duo Anas hari ini, besok, dan hari-hari berikutnya. Kenapa? Di sini kita akan melihat apakah setiap pemimpin sudah menerapkan prinsip “tukang parkir” dalam menjalankan amanahnya. Punya motor/mobil banyak tidak sombong dan saat diambil yang empunya malah girang dan bersyukur karena dapat bayaran. Jabatan hanya titipan, semua yang dimiliki di dunia ini hanya titipan, saat diambil empunya.. kenapa harus dipertahankan? Semakin merasa memiliki rasanya akan semakin merasa kehilangan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline