Lihat ke Halaman Asli

Dian Ariffahmi

Dulunya anak Ekonomi di Kampus Semanggi, sekarang mahasiswi di Universitas Siber Asia, Corporate Communication practitioner, and a mother in spirit

Redupnya Mall Legendaris, Tergilas Belanja Online?

Diperbarui: 20 Mei 2023   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tangerang Selatan, 09 Februari 2023 - Sebagai anak pinggiran Jakarta alias Tangerang Selatan yang Selatan banget, ada kesempatan untuk berkunjung ke Jakarta adalah semacam reuni. Reuni sama macetnya ibukota, kejamnya jalan raya, bisingnya kendaraan, sesaknya polusi, sampai ke reuni bahagianya di Jakarta karena semua ada.

Reuni itu datang dan kebetulan berlokasi di Kuningan. Kenangan akan bekerja di daerah Kuningan 8 tahun lalu membuat diri ini semangat mandi pagi-pagi pakai sabun wangi. Pilah pilih baju yang rapih untuk menjaga penampilan diri. Ke Jakarta men! Begitu ucap dalam hati. Tak sabar mau ke Mall Ambassador.

Mall yang jadi surga belanja sejak masa remaja. Cari kaos Rp 20 ribu buat ngeceng di kampus? Ambas, nama beken Mall Ambassador, jawabannya. Mau cari sepatu, asesoris, sampai DVD bajakan (Ups, maaf!) Ambas juga jawabannya. Sampai beranak dua pun Ambas masih jawabannya karena di sana ada toko besar serba ada franchise dari Perancis yang sebut saja namanya Carrefour.

Sepanjang acara hati sudah tak sabar untuk bertemu jam makan siang. "Gak usah makan, langsung caps aja kita!" ujar hati kecil dan hati besar. Tak sabar rasanya mau lihat lagi mall kesayangan. Apalagi hari itu tanggal gajian. Amboi, bahagia betul.

Pukul 12:00 tepat acara sesi pertama selesai. Tanpa basa basi langsung melesat berlari keluar gedung. Ojek online sudah dipesan sejak tadi. Tak terlirik sedikit pun nasi prasmanan dari hotel kenamaan. Sudah terbayang mau lihat banyak calon belanjaan, menghabiskan uang, dan lupa kalau punya segudang cicilan. 10 menit ojek saja jarak tempuh menuju lokasi. "Berhenti di ITCnya Bang!" dengan setengah berteriak ke abang ojek online.

Lantai pertama ditelusuri. Pelan-pelan melihat kanan dan kiri. Entah kenapa suasana sepi. Pengunjung masih ada, tapi tak seramai dulu. Toko-toko pun banyak sepi dan banyak yang tutup. Padahal masa pandemi sudah beralih ke masa endemi. Seharusnya orang tak takut lagi berbelanja langsung ke mall.

Berdasarkan data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), jumlah pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta mencapai 96 unit per 16 Januari 2023. Jumlah tersebut terdiri atas 76 mall dan 20 pusat perdagangan (trade center). Yang artinya juga, sebetulnya pusat perdagangan belum redup tergilas zaman. Buktinya mall dan pusat dagang masih banyak.

Memang kalau diperhatikan mall-mall baru ini dikunjungi bukan karena masyarakat mau berbelanja saja. Tapi lebih kepada one stop treatment dimana mereka bisa melakukan hal lain selain belanja. Untuk sekedar hangout, cuci mata melihat arsitektur bangunan yang bagus, mengasuh anak di arena bermain, sampai dengan konsep terbuka ala  taman yang mulai ditawarkan mall baru saat ini.

Tapi apapun itu, sebagai anak 90an saya kangen berbelanja sembari menawar murah supaya pulang bawa banyak kantong belanjaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline