Lihat ke Halaman Asli

Dian Purnama

klaverstory.com

Belajar Jemparingan, Mengolah Raga dan Rasa

Diperbarui: 17 Maret 2023   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jemparingan, seni panahan tradisional mengolah raga dan rasa (dokpri)

Sudah lama sekali saya berencana menonton jemparingan. Menurut kawan Kompasianer lokasi latihan komunitas jemparingan tidak jauh dari rumahnya. Namun sampai detik ini rencana tersebut hanya berakhir wacana. 

Saat lomba jemparingan diadakan di Alun-alun Kidul Kraton Ngayogyakarta beberapa bulan yang lalu pun saya melewatkannya. Bukan karena lupa tapi perlombaan sudah bubar saat saya tiba di lokasi. Dugaan saya peserta lomba sedikit sehingga perlombaan selesai sebelum waktunya. Ya mungkin belum jodoh waktu itu. 

Asal Mula Jemparingan Olah Raga Panahan Tradisional 

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sabtu (11/03) yang lalu, saya dan teman-teman KJog belajar jemparingan bersama paseduluran Langenastro, salah satu komunitas jemparingan di kota Yogyakarta Tidak hanya menonton saya benar-benar memegang busur dan melesatkan anak panah. Hehehe.  

Saking semangatnya mau belajar jemparingan, sebelum jam 14.30 saya sudah sampai di Sasana Wisanggeni. Lapangan tempat latihan masih kosong, belum ada siapa-siapa. Untunglah saya berangkat bersama mbak Tinbe jadi tidak sendirian menunggu. 

Sedari tadi menyebut-nyebut jemparingan, apa sih jemparingan itu? Mungkin banyak yang belum tahu ya. kalau kalian ngeh, pada paragraf sebelumnya saya spoiler sedikit menyebut kata busur dan anak panah. 

Yup, pemikiran kalian benar! Berasal dari kata jemparing yang berarti anak panah, jemparingan merupakan permainan/olah raga panahan tradisional. Jemparingan berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, juga dikenal dengan jemparingan gaya Mataraman Ngayogyakarta. 

Permainan ini telah ada sejak berdirinya Kraton Ngayogyakarta yaitu pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I tahun 1755. Sang raja ingin agar pengikutnya belajar memanah sebagai sarana membentuk watak ksatria. 

Dulunya permainan ini hanya untuk keluarga kerajaan dan dilakukan di lingkungan keraton. Namun sekarang permainan ini dapat dilakukan kalangan rakyat biasa di luar keraton. 

Bahkan sudah ada kejuaraan khusus seni memanah tradisional yang diikuti oleh pemanah jemparing dari berbagai daerah di luar Yogyakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline