Lihat ke Halaman Asli

Dian Iswanti

Mahasiswa PGMI Institut Pesantren Mathali'ul Falah

Pertambangan Batu Kapur di Desa Tahunan telah Mencemari Lingkungan

Diperbarui: 16 November 2020   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi pertambangan di Desa Tahunan

Aktifitas pertambangan batu kapur yang berada di Desa Tahunan, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang telah mencemari lingkungan. Khususnya pencemaran udara dan pencemaran tanah. Pertambangan ini sudah berlangsung puluhan tahun, karena tambang ini merupakan lahan makan bagi warga sekitar di Kecamatan Sale.

 Dulu di pertambangan ini masih  menggunakan tenaga manusia untuk memecahkan batu dan mengangkutnya ke bak truk, alat-alat yang dipakaipun masih  sederhana, namun seiring perkembangan jaman dan meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia  untuk mengelola alam, semua peran diganti menggunakan alat-alat berat. Keuntungan yang diperoleh dari aktifitas ini memang sangat besar khususnya dalam bidang ekonomi sehingga banyak perusahaan asing yang membeli lahan disana. Orang-orang yang bekerja di tambang tersebut tidak memerlukan ijazah yang tinggi untuk dapat  bekerja, bahkan orang yang hanya lulusan SD atau tidak bersekolah dapat bekerja dan mendapatkan gaji diatas UMR Kabupaten Rembang. Mereka hanya perlu memiliki keahlian sesuai dengan pekerjaan mereka disana.

Lokasi pertambangan milik PT. SAF ( Sinar Asia Fortuna)


Batu  kapur tersebut di kirim ke berbagai daerah  untuk digunakan sebagai campuran bahan bangunan dan industri. Warga banyak yang mengeluhkan polusi udara yang terjadi akibat lalu-lalang kendaraan yang membawa batu kapur. Terkadang ada truk yang tidak menutup bagian  atas muatan sehingga debunya berterbangan dan mengganggu pernafasan. Selain itu ada mobil truk yang membawa muatan secara berlebihan sehingga  membahayakan pengemudi jalan yang lain. Tak hanya itu, aktivitas ini juga membuat infrastruktur jalan semakin buruk. Banyak jalan yang  berlubang dan  menjadi bergelombang, dan sampai saat ini belum ada pihak yang bertanggung jawab atas hal ini.


 Eksploitasi secara besar-besaran tidak dapat dihindari. Yang semula berupa gunung yang menjulang tinggi sekarang berubah menjadi cekungan dan tebing yang curam. Tak jarang tebing tersebut longsor dan beberapa kali memakan korban jiwa. Akibat dari pertambangan ini juga menyebabkan krisis air bersih di musim kemarau, khususnya di Dukuh Pancuran (tempat pertambangan batu kapur). Jika pertambangan ini terus-menerus dilakukan bukan tidak mungkin akan terjadi hal-hal yang lebih buruk dari ini.


Pekerja dan warga sekitar seperti tidak tidak diberi pilihan, disaat kebutuhan  manusia mulai meningkat mereka harus memilih berhenti  untuk melakukan aktifitas pertambangan tersebut dengan resiko kehilangan mata pencarian, atau tetap melanjutkan pertambangan tersebut dengan resiko kerusakan alam yang semakin parah yang sewaktu-waktu dapat menjadi boomerang bagi manusia itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline