Saya sering dikatai ibu saya kalo saya itu kuper karena saya "jarang" bersosialisasi. Katanya saya ini pemalu dan saking pemalunya, ketika ada saudara sedang ngumpul-ngumpul, tak jarang saya memilih untuk "sembunyi". Tapi andai ibu saya tahu kenapa saya memilih untuk "bersembunyi". hehee..
Berbicara tentang dunia "per-kuper-an", kuper dalam definisi yang saya anut (entah ada di KBBI atau tidak) adalah seseorang yang terletak pada kondisi kurang informasi alias nggak tau apa-apa yang seharusnya dia tahu. Dan perilaku seseorang yang lebih demen bercengkrama dengan buku daripada dengan manusia, buat saya tidak menandakan dia itu kuper. Lha wong orang-orang yang suka baca buku itu biasanya kalo diajak ngobrol juga nyambung kok. Malahan, dari mereka kita bisa dapat hal-hal yang sebelumnya belum pernah kita ketahui. Lain halnya dengan orang-orang yang saking asyiknya bersosialisasi sampek lupa upgrade diri. Ngomongnya aja ngalor-ngidul tapi apa yang dia obrolkan belum tentu berkualitas. Betul tidak? :D
Duluuu sekali saat saya masih SMA, ketika saya mau tidak mau harus(!) berhadapan dengan UN, saya sempat menjanjikan sesuatu pada ibu saya. entah itu apa. saya lupa. tapi sebagai konsekuensinya, saya harus merelakan diri untuk bilang, "Bu, aku bakal nggak sering-sering lagi baca novel. tapi boleh yaa?". dan ibu pun mengiyakan. tapi karena dasarnya saya bandel (hahaaa), akhirnya janji itu saya langgar juga. emang manfaatnya apa kalo saya memutuskan buat tidak baca? NGGAK ADA!
Berawal dari membaca, seseorang itu jadi bisa "mengalami" banyak hal tanpa dia harus secara aktif mengalami hal-hal yang tertulis di buku yang dia baca. kalo kata teman saya ketika dia menanyai seseorang kenapa suka baca buku, dijawab dengan (kurleb), "Karena dari membaca buku kita bisa pergi kemana-mana tanpa beranjak. kita bisa melihat segala sesuatu tanpa mengalaminya sendiri. karena itu aku suka membaca". Jadi memang bukan omong kosong kalo buku disebut jendela dunia. :D
Bagi sebagian orang, membaca bisa dikatakan sebagai suatu aktivitas yang membosankan. Menurutku, mereka bilang begitu karena mereka belum tahu saja. Toh buku tidak hanya terbatas pada buku-buku kuliah yang tebalnya kadang melebihi bantal tidur. Di toko-toko buku sudah tersedia banyaaaak sekali buku-buku yang menarik. Terserah kita mau ambil yang mana. Yaaaa.. sesuai dengan minat dan isi dompet lah. karena memang "kemampuan" membaca seseorang itu tidak bisa serta-merta dipaksakan langsung ke buku-buku yang berjilid nan tebal. Bisa pingsan duluan begitu liat tebalnya! Tapi mulailah dengan apa yang menarik minat kita. Lama-lama dunia "per-buku-an" kita akan merambah dunia lain kok. :D
Sebagai penutup, saya ingin mengutipkan sebuah kalimat yang menurut saya cukup menginspirasi tapi sekaligus membuat saya bertanya-tanya. tulisan ini mungkin dikutip oleh sang penulis dari seseorang lainnya. Si Mbak nulis begini (kurleb), "Jika ingin melihat akan jadi apa pemuda di masa depannya, lihatlah apa yang dia kerjakan di waktu senggangnya saat ini". Dan sebagai tambahan, salah seorang dosen pernah bilang begini, "Luangkanlah waktumu untuk membaca sesuatu secara kontinue minimal 2 jam perhari, maka dilihatlah 11 tahun ke depan kau akan jadi ahli di bidangnya!".
(Saya mulai menekuni hobby baca buku baru di kelas 2 SMA dan sampai sekarang terhitung sudah berjalan (kurleb) 6 tahun. jadi saya masih perlu 5 tahun lagi untuk melihat, akan jadi ahli apa saya di masa depan. tapi btw, kok masih lama yaaa? hahaaa..)
Jadi mari kita mulai membiasakan diri buat baca (biar nyambung kalo diajak ngobrol. hihiii..). Nggak rugi kok, beneran! ^,~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H