Lihat ke Halaman Asli

Oedin Only

Pemberdaya dan Petani

Penyuluh, Kenalan Baru, dan Topik Karet

Diperbarui: 28 Juli 2020   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Bertemu dengan petani yang baru kenal kadang tak selalu menarik, ada kalanya direspon sinis, ada pula tak digubris, dan kadang ada juga berharap macam-macam.  Wajar saja pertemuan sesaat, responnya sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi dan maklumat sekian lama yang mengendap dipikirannya.  

Penilaian penyuluh tak penting, penyuluh tak bisa apa-apa, penyuluh adalah wajah pemerintah yang kepadanya layak ditumpahkan keluhan bahkan kadang ketidakpuasan. Dan lagi-lagi itulah wajah lapangan yang memang tak homogen sih.

Bagi yang baperan, mungkin perkataan itu akan mencabik-cabik emosinya dan outputnya bisa murka, balas mengeluh, atau balas melontar ketidakpuasan. 

Bagi yang cuek menganggap hal itu hanya angin lalu dan tak perlu di follow up-i.  Bagi yang bijak cenderung tak meladeni ketidaknyaman itu, tapi menjadikannya sebagai wajah realitas, dan mencoba menelusuri akarnya, apa problemnya dan bagaimana pilihan penyelesaiannya.

Hal yang menarik bagi banyak petani salah satunya adalah harga komoditas pertanian yang diusahakannya mahal atau setidaknya menguntungkan.  

Komoditas yang dulu menjadi primadona diusahakan petani adalah tanaman karet.  Tapi sekarang pamor karet mulai meredup karena harganya yang sulit bangkit.  Pernah dulu harga 1 kilo mencapai lebih 10.000, sekarang harga seperti itu begitu sulit diraih.

Ada oknums petani yang doyan membandingkan jaman rezim A petani karet begitu enak, karena harganya yang tinggi, tapi jaman rezim sekarang harga karet begitu anjlok.  

Aktivitas menyalahkan adalah pekerjaan yang paling mudah dilakukan bagi mereka yang enggan memahami dan menelusuri problem sebenarnya. Peningkatan kesejahteraan petani karet, memang menjadi pe er berkepanjangan yang entah kapan selesai. 

Pesona karet sintetis dengan dukungan teknologi canggih, kebijakan negara impor yang mengembangkan  sendiri luasan dan produksi kebun dalam negeri, dukungan industri manufactur karet, termasuk sistematis kelembagaan dan rantai usaha komoditas ini.

Belum lagi disiplin target kuantitas dan kualitas yang begitu ketat diterapkan, membuat negara-negara ini memiliki bargaining position dalam menentukan dan mengarahkan bisnis karet global dalam ragam policynya.

Industrialisasi karet konon dianggap sebagai jawaban dari keruwetan.  Petani berproduksi secara terkoordinir, pengelolaan dan manajemen kebun maupun pekerja digarap secara profesional, kualitas dan kuantitas yang dihasilkan tak hanya berupa bahan mentah, tapi sudah tersedia industri pengolahan hingga menjadi bentuk barang setengah jadi dan barang jadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline