Lihat ke Halaman Asli

Oedin Only

Pemberdaya dan Petani

Penyuluh, Ekonomi, dan PR Membentuk Kenyataan

Diperbarui: 19 Januari 2019   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : smartbarbanza.es

Tak relevan memang, melihat petani hanya dari aspek ekonomi semata.  Ketika ekonominya lemah, hidupnya tak mudah, karena ketidakmampuan dalam mengakses hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan apalagi keinginan hidupnya.  Tapi aspek ekonomi ini mudah diukur.  

Menghitung pemasukan rutin dan real, menghitung pengeluaran rutin dan real, bila pengeluaran > pemasukan berarti buntung, bila pemasukan > pengeluaran berarti untung.

Aspek ekonomi ini sering menjadi penyemangat berusaha, sering pula menimbulkan konflik dan meregangkan hubungan.  Tersedianya pasar dengan harga yang fantastis menjadi alasan kebanyakan untuk berusaha tani. 

Kadang untuk itu harus diambil pilihan, meninggalkan budidaya sebelumnya dan beralih ke budidaya yang baru, atau tetap dengan budidaya sebelumnya namun ditambah dengan budidaya yang baru.  Ada yang melakukannya dengan coba-coba, ada yang mengusahakannya dengan serius dan gagah menantang konsekuensi.

Aspek ekonomi pula bisa mendatangkan konflik, misal untuk kesuksesan program setiap anggota pada kelompok pelaksana, didukung bantuan saprodi dan modal, konsekuensinya setiap peserta harus bersedia dibekali pengetahuan dan keterampilan. 

Program dijalankan, bantuan dan modal disalurkan, peserta hadir pembekalan pengetahuan dam keterampilan, walau terkantuk-kantuk dan letih mereka tetap setor badan, walau bisa jadi kedatangan itu disertai gelas penuh berisi ragam pikiran kehidupan.

Dalam beberapa kasus, modal dalam bentuk uang yang tujuannya untuk mendukung usaha, justru digunakan tidak sesuai peruntukan, kadang penyuluh telah memfasilitasi lahirnya kesepakatan dan aturan secara partisipatif melalui pertemuan kelompok, tentang hak dan kewajiban, tentang reward dan punishment.  

Namun tantangan tak mudahnya, ketika uang sudah ditangan pelaksana, dan pelaksana dihadapkan pada macam tuntutan hidup tentang keperluan anak sekolah, kebutuhan berobat, keterdesakan dukungan suplemen dan solusi bagi tanaman utama yang berpenyakit, jatuh tempo pembayaran cicilan dan hutang, dan ragam sebab, sehingga bantuan uang melenceng dari sasaran.

Di sisi lain tantangan tak mudah ketika anggota mengalami konflik keluarga, suami/isteri menuntut cerai, anak yang berurusan dengan polisi karena pil penguat tulang, heroin, judi, perempuan dan pencurian, tuntutan anak ingin baju baru dan motor, tuntutan istri ingin tampil kekinian, pembagian warisan yang  timbulkan konflik sodara, cekcok seputar batas tanah, belum lagi godaan bisik-bisik serambi, gardu dan warung yang penuh hasut dan mendatangkan ketidakmotivasian. 

"nyape-nyape in saja ikut kegiatan itu, paling seperti sebelum-sebelumnya juga, sekedar menjalankan program, program selesai kegiatan bubar dan tanpa tindak lanjut"

Apalagi ketidaksesuaian peruntukan dan ragam tantangan berkelindan dengan proses budidaya yang ribet, memporsir waktu dan ketika dianalisis usaha, baru akan benefit bila besaran modal dan skala usaha berbanding lurus.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline