Kemarin adalah sejarahHari ini adalah anugrahBesok adalah misteri
Si Po kungfu panda, yang sempat berpisah dari orang tuanya lalu dititipkan disebuah kedai. Perlahan beranjak dewasa dan mulai bertanya kepada dirinya sendiri. Siapa aku? Dari mana aku berasal? Tujuan aku disini untuk apa? Besok mau jadi apa?
Penulis memulai dengan kutipan dan latar belakang film kungfu panda film animasi yang sering membuat tertawa.
Sejak kecil mulai merasa berbeda kadang jadi bahan perundungan dengan teman sebaya, merasa tidak nyaman itu hal yang bagus selama itu dijadikan alat pelecut untuk mengembangkan diri sendiri. Daripada Mentereng di luar keropos di dalam. Sama halnya punya outfit Merek ternama tapi tidak diiringi asupan nutrisi otak, diajak bicara prihal ide pusing tujuh keliling. Diajak membayangkan masa depan ngantuk sepanjang obrolan, Kembali menoleh ke masa lampau, daya ingatnya pendek ((Amnesia History)
Mencari kebahagiaan sesaat itu mudah, jalan kesana kesini, foto di sana foto di sini, yang terbaik kita unggah di media sosial. Lalu orang yang melihat ada yang suka, ada yang komentar, tumbuh rasa bahagia di hati, di puji terbang dikritik tumbang.
Setelah ke sana ke sini itu jenuh lagi, wawasan sedikit bertambah, seimbangkah dengan biaya ongkos dan makan yang dikeluarkan sama apa yang kita peroleh atas nama pengalaman. bukankah di tempat wisata entah di gunung maupun di daerah pesisir laut indonesia jika ada turis mancanegara tidak hanya membawa papan selancar saja namun juga membawa berkas penelitian yang ada di dalam laut bahkan hasil penelitian bisa menyulap rumput laut menjadi cemilan tipis berkhasiat gizi sebut (Nori)
bisakah kita meluruskan niat bahwa setiap kita pergi dari rumah dalam rangka ibadah dalam rangka belanja ide gagasan. Dalam rangka mengurangi kebodohan, dalam rangka menyembuhkan hati yang terluka karena fenomena di sekitar kita melihat orang yang kaya bergelimang harta penuh foya-foya tanpa mau tau tanpa ada empati dengan tetangganya yang hidup susah bahkan sampai putus sekolah lalu lebih perih lagi melihat keluarga ekonomi rentan lalu anaknya tidak mau sekolah malah memilih menyalahkan nasib padahal pepatah china mengatakan orang rajin selalu mencari cara, orang malas selalu mencari alasan.
kembali melihat dunia yang selalu baik-baik saja, yang rumit cuma kerangka berpikir manusia. Langit hitam karena asap perang, ada daerah yang busung lapar karena sifat serakah manusia. Apapun itu selama manusia berpengetahuan dan mempunya nilai moral, setiap keputusan yang diambil selalu sadar bahwa ada hak orang lain walau ada saja yang dendam kesumat tentang pedihnya menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Pengalaman getir sewaktu kecil hingga tumbuh kembang menjadi dewasa mudah digiring oleh gratifikasi hinggatersengat kasus korupsi.
Kendati demikian. Menoleh kepada jejak Para pendiri bangsa berpakaian neces, (Pria yang berpakaian rapi dan penuh gaya) karena ada diskriminasi dari kaum penjajah. Bahwa saat itu pribumi tidak diperlakukan selayaknya manusia, namun para pendiri bangsa Indonesia dengan penampilannya menjadi manusia modern diiringi oleh akal pikiran yang jernih, membaca situasi dan kondisi. Untuk berdiplomasi. Lalu dari mana mereka bisa berpikir tajam kritis yaitu dari politik etis yang bergema saat Van Deventer mengenalkan konsep bahwa Pribumi Harus mendapat balas budi selain hasil buminya yang dirampas oleh penjajah namun harus diberikan kesempatan untuk belajar, kesempatan kaum priyayi untuk memperoleh pendidikan. Setelah menikmati manisnya belajar di masa hindia belanda lalu mulailah kesadaran untuk merdeka sebagaimana Ki Hajar Dewantara yang menulis di koran pada masa itu dengan judul"Andai aku seorang belanda" sebagai bentuk menulis bagian dari perlawanan. Apakah mereka menghamba pada jabatan, harta dan wanita dari negeri penjajah. Sepertinya tidak. Mereka tetap fokus memperkaya pengetahuan dan ingin melihat manusia-manusia indonesia merdeka serta lepas landas menjadi bangsa yang beradab hingga di juluki bangsa yang sangat dermawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H