Lihat ke Halaman Asli

Serba Serbi Ganti Penyebutan Nama Negara Tiongkok, Tionghoa Cina, Dan China

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Presiden SBY pada bulan Maret lalu resmi mengubah penyebutan negara Republik Rakyat Cina menjadi Republik Rakyat Tiongkok.Presiden SBY menilai kata Cina yang biasa digunakan sebelum ini mengandung rasial dan menyinggung pihak etnis Cina/Tionghoa di Indonesia. Sempat media beberapa media di Indonesia seperti Metro, Kompas dan TVRI memperhalus kata Cina dengan China. Jadi nama mana yang paling cocok, mari kita telaah sejarah dan arti di balik nama tersebut.

Bagaimana orang Tionghoa menamakan negaranya? Mereka menyebut nama negara mereka adalah Zhong Guo中国, sebagai akar kata pertama yang sudah muncul dari dinasti Zhou abad ke 11 SM. Ha ini di temui di prasasti dan di situ telah muncul kata Zhong Guo. Lalu seiring dengan perubahan dinasti-dinasti di China, banyak negara mengacu pada dinasti. Negara ini pertama kali dipersatukan oleh dinasti Qin oleh Shih Huang Ti, dan kata Zhong Guo itu sendiri sebagai tanah yang dipersatukan.

Sepanjang sejarah terjadi pergolakan politik dan peperangan, terkadang negara ini terpecah belah dengan beberapa dinasti. Dinasti tersebut tetap menyebut Zhong Guo sebagai daerah keseluruhannya, dan dinasti yang merasa resmi akan menyebut Zhong Guo sebagai entiti kenegaraanya. Lalu kata Zhong Guo ini sendiri baru resmi di kancah internasional pada dinasti Qing, saat tertulis di perjanjian "Nerchinsk" mengenai batas antar negara Zhong Guo dan Rusia. Lalu setelah runtuhnya dinasti Qing pada tahun at1912, Sun Yat Sen mendeklarasikan negara 中華民國國歌(Zhōnghuá mínguó guógē). atau disebut juga dengan Republik Tiongkok ( Republic of China).

Pertempuran besar dalam Perang Sipil Cina yang dimulai sejak meninggalnya Sun Yat Sen antara Partai Komunis dan Kuomintang berakhir pada tahun 1949 dengan Partai Komunis menguasai sebagian besar dari Cina daratan, dan Kuomintang mundur lepas pantai, mengurangi wilayahnya hanya yang disebut jega di Taiwan. Mao sendiri menamai dengan中华人民共和国 (Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó) yang dikenal saat ini sebagai Republik Rakyat Tiongkok ( People Republic of China).

Jadi apakah penggunaan kata Tiongkok itu tepat? Penggunaan kata Tiongkok dan Tionghoa sendiri sebenarnya mengacu pada akar kata yang sama yaitu中国. Kata Tiongkok berasa dari bahasa dialek dari Tiongkok yang berasal dari suku Minnan( Hokien) di Fujian. Orang Hokien ini memiliki angka yang banyak di Indonesia, dan sebelum revolusi 1966 bahasa ini umum digunakan di pasar. Sampai saat ini pun masih sangat umum digunakan seperti penyebutan angka untuk uang ( Tjepek, Gocheng dan sebagainya).

Penggunaan istilah ini dicatat sudah ada semenjak awal 1900an. Para pejuang etnis Tionghoa ikut aktif dalam membantuk pergerakan kemerdekaan, terlebih lagi melihat contoh Dr.Sun Yat Sen yang telah membawa Tiongkok dari feodalisme menjadi republik. Mereka banyak membuat kegiatan kebudayaan dan pendidikan dengan menggunakan nama Tiongkok dan menolak menggunakan nama Cina. Pada tahun 1966 terjadi revolusi , dan salah satu revolusi yang dilakukan Suharto adalah mematikan segala kegiatan politik orang Tionghoa. Nama Tionghoa yang sudah banyak dipakai dilarang, dan digantikan dengan Cina. Ini adalah alasan pertama mengapa Cina memilki trauma tersendiri, ini adalah salah satu bentuk amputasi kebudayaan oleh Suharto. Dengan pengembalian nama sebagai simbol penerimaan etnis Tionghoa sebagai bagian dari NKRI.

Asal kata Cina itu sendiri sebenarnya tidak memiliki konotasi negatif. Kata Cina ini sendiri bisa jadi dari bahasa Sansekerta sebagai negara Chin atau dinasti Qin dinasti pertama di dunia. Lalu kata ini menjadi popupler di Persia lalu dicatat oleh penjelajah asal Portugal dan menjadi umum digunakan di dunia. Lalu sampai juga ke Indonesia yang mengacu hal yang sama dengan Tiongkok.

Kalau saya berdiskusi dengan golongan umur 50 tahunan kata Cina ini menjadi sangat tabu. Pada saat awal revolusi dan orde baru, kata ini menjadi kata yang mengejek. Trauma kerusuhan dan ketidakadilan ini melekat dengan kata Cina ini sendiri sehingga menjadi berkonotasi negatif. Orang Tiongha merasa dilecehkan dengan kata Cina itu sendiri. Dan bagi generasi muda kata Cina sudah tidak berkonotasi negatif lagi, namun menurut pendapat pribadi setelah mengetahui segala sejarah yang terjadi lebih condong penggunaan kata Tiongkok atau Tionghoa sebagai bahasa yang resmi. Semoga hal ini menimbulkan gerakan yang sama pada awal kemerdekaan, bahwa orang Tionghoa juga bisa berkontribusi pada negara dan bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline