Awal menikah denganmu aku masih sangat ingat, sering sekali aku menuduhmu tak cinta. Aku menuntut kalau memang cinta maka berlakulah romantis. Aku sangat menginginkan sms-sms mesra datang darimu
Tapi jangankan sms mesra. bahkan ketika kamu pulang telat saja kamu sering lupa memberi kabar. Duh rasanya ingin menjerit kenapa sih kamu tak peduli padaku. itulah gerutuku saat itu
Kamu pun belajar untuk menjadi pria romantis. kamu belajar untuk memujiku. dan hasilnya? aku malah mencela.
"Ayah, ngga romantis ah"
Dan dengan santainya kamu menjawab "Kan masih tahap belajar hehehe"
Duh, tahun-tahun itu adalah tahun perjuanganmu untuk meraih hatiku. bertahun tahun kamu berusaha menjadi pria romantis seperti yang aku inginkan. tetapi aku malah mengoreksi kesalahan kosa katamu.
Kini, setelah sekian tahun kita menikah. aku sedang terpekur sendiri di rumah karena kamu begitu sibuk mencari nafkah untuk aku dan anakmu.
Aku mengingat kembali semua yang kamu berikan untuk kami. aku pun harus mengakui bahwa kamu sangat romantis.
Kamu sangat romantis saat kamu mengganti popok anak kita di tengah malam dan membiarkanku tertidur lelap dengan alasan kamu kasihan melihatku seharian mengasuh anak kita yang baru berusia satu bulan saat itu.
Kamu sangat romantis saat kamu serahkan gajimu seluruhnya di awal bulan.
"Mama kan bendahara rumah tangga kita" katamu saat itu