Istilah tol langit marak jadi perbincangan warganet beberapa waktu lalu. Saat itu Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin mengatakan kalau negara kita sudah punya tol darat dan tol laut. Dan sebentar lagi kita akan punya tol langit.
Banyak yang mengira tol langit adalah jalanan tol berbentuk fisik nyata yang menembus ke langit. Padahal tol langit yang dimaksud adalah akses digital yang merujuk pada Palapa Ring. Ini adalah proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan kabel optik, microwave dan menara BTS 4G untuk menggenjot industri digital.
Rencananya, jaringan serat optik pita lebar yang berbentuk cincin yang mengitari 7 pulau yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua serta delapan jaringan penghubung dan satu cincin besar yang mengelilingi Indonesia baik lewat dasar laut maupun lewat daratan.
Palapa Ring terdiri dari 3 back bone yakni Palapa Ring Barat, Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Timur. Palapa Ring Barat telah selesai pada Maret 2018 yang menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan Palapa Ring Tengah telah rampung pada awal 2019 menjangkau 27 kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Kalimantan Timur.
Kini akhirnya Palapa Ring Timur diresmikan Presiden Jokowi tanggal 14 Oktober 2019 silam menjangkau 51 kabupaten dan kota yang melalui 4 provinsi yaitu NTT, Maluku, Papua dan Papua Barat.
Dengan diresmikannya Palapa Ring Timur maka tuntas sudah proyek pembangunan jaringan tulang punggung internet nasional. Tol langit siap jembatani jurang digital di seluruh Indonesia. Kita sekarang sudah merdeka sinyal.
Bicara soal dampak positif dan negatifnya, dalam diskusi media FMB9 yang berlangsung di gedung Kominfo, Jakarta, 15 Oktober 2019 hadir Direktur Utama BAKTI - Anang Achmad Latif, Asdep Telematika Utilitas Kemenko Perekonomian - Eddy Satriya, VP Regulatory Management Telkomsel - Andi Agus Akbar, Kepala Dinas Kominfo Jayawijaya - Isak SF Sawaki, dan Praktisi Start Up sekaligus CEO Kitongbisa - Billy Mambrasar sebagai narasumber. Temanya "Menghitung Dampak Palapa Ring".
Bagi yang tinggal di perkotaan tentu tidak merasakan sebagaimana antusiasnya masyarakat yang tinggal di ujung Indonesia, Papua misalnya. Provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia ini paling terisolasi. Pertumbuhan ekonomi, pendidikan, infrastruktur selama ini berjalan lambat. Internet ada tapi belum merata dirasakan. Harganya pun mahal karena disesuaikan dengan zona. Masalah yang ditakuti adalah seringnya kejadian putus kabel jaringan serat bawah laut.
Tapi kini tidak usah kuatir. Diyakini Andi Agus akbar - VP Regulatory Management Telkomsel bahwa penetrasi layanan 4G di daerah terpencil akan semakin mudah. Selain itu biayanya lebih efisien dibandingkan penggunaan satelit. Performancenya pun lebih stabil karena tidak terpengaruh cuaca seperti halnya satelit. Sehingga waktu pengiriman datanya jauh lebih baik, kecepatannya 25 kali dari Satelit. "Kami menyambut baik kehadiran Palapa Ring Timur ini. Ini memudahkan operator menyiapkan dan menyediakan layanan internet di Indonesia Timur."
Kehadiran Palapa Ring juga disambut baik Anang Achmad Latif selaku Direktur Utama Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi. Ini menjadi perwujudan Nawa Cita ke 3 yang diluncurkan presiden Jokowi untuk menyelesaikan ketimpangan pembangunan dalam konektivitas digital.
Dengan selesainya pembangunan Palapa Ring kini sinyal internet cepat bisa hadir dalam genggaman. Digital ekonomi akan tumbuh pesat dan menjangkau daerah perbatasan dan daerah 3T. Dengan begitu, manfaat Palapa Ring dapat kita nikmati berkat pemerataan sinyal, harga layanan internet yang terjangkau, dan terciptanya pertumbuhan ekonomi digital.