Lihat ke Halaman Asli

Ikuti Konsep Creative Destruction, Grasindo Luncurkan Lesson.id

Diperbarui: 10 Oktober 2019   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Creative destruction. Istilah ini pertama kali diluncurkan oleh seorang ekonom Austria Joseph Schumpeter pada era 40-an. Dalam buku yang ditulisnya "Capitalism, Socialism and Democracy" beliau melontarkan gagasan nyeleneh yang membenturkan pembangunan dan pengrusakan. Atau sederhananya, diperlukan usaha untuk melakukan pengrusakan, tapi pengrusakan yang membangun. 

Menurut  analisanya, faktor utama dibalik proses perkembangan ekonomi adalah proses inovasi. Inovasi ini berarti perbaikan teknologi dalam bentuk penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebagainya. Akan tetapi, tidak semua pelaku ekonomi dalam hal ini enterpreneur mampu berinovasi dan berkreasi. Pada akhirnya hanya sedikit yang berhasil memenangi persaingan pasar. Ujungnya satu, keuntungan berlipat ganda dan monopoli pasar.

Atas dasar konsep terjadinya proses evolusi tersebut, Grasindo sebagai penerbit buku mayor tidak bisa berdiam diri. Sebagai enterpreneur Grasindo keluar dari zona nyaman dengan membuat berbagai inovasi. 

Itu adalah cara supaya bisnisnya tetap memimpin dalam bidang pendidikan. Sebagai informasi, Grasindo adalah penerbit mayor yang berfokus pada penerbitan buku-buku kurikulum sekolah, buku penunjang pendidikan serta buku edukatif seperti buku cerita anak dan cerita rakyat. 

Dalam perkembangannya, Grasindo menghadirkan berbagai varian bacaan yang tetap berfokus pada nilai edukatif seperti buku self improvement, hobi, panduan test, keahlian dan lain-lain. 

Dalam rangka peringatan hari ulang tahunnya yang ke 29 tanggal 24 September 2019 lalu Grasindo kembali meluncurkan inovasi terbarunya dengan mengangkat tema "Passionate Inovating".  Apa maksudnya? 

Bapak Wandi S. Brata - Direktur Kelompok Penerbitan Kompas Gramedia kemudian menyampaikan, "Bahwa pengembangan terus menerus tidak cukup lagi. Kata kunci mengembangkan jadi lebih baik lagi, pun sudah basi. Yang pas adalah mengganti dengan yang lebih baik. Passionate inovating cocok sekali jadi tema, karena itulah yang paling relevan. "

Lebih lanjut beliau menyampaikan harapan agar Grasindo tetap selalu relevan dengan perkembangan jaman. Pesaing bukan datang dari pemain di bidang penerbitan perbukuan tapi dari start up-start up yang bermunculan sesuai tren sekarang. 

Terkait dengan tren kekinian dimana kegiatan apapun serba digital, Bapak R Suhartono - GM Publishing 3 Kelompok Kompas Gramedia mengisahkan perjalanan panjang Grasindo dengan inovasi-inovasi yang telah diluncurkan. Pertama kali hadir sebagai penerbit buku pendidikan dan penunjangnya. Untuk meluaskan ragam minat, Grasindo kemudian berinovasi dengan menerbitkan buku-buku fiksi dan non fiksi. Tapi benang merahnya sama, buku-buku terbitan Grasindo bermuatan edukatif. 

Buku-buku panduan test terbitan Grasindo kerap menjadi rujukan anak sekolah dan pencari kerja. Sebut saja buku Try Out SD, SMP, SMA, PTN serta buku Test CPNS. Tak heran kalau Grasindo didapuk menjadi penerbit mayor sekaligus sebagai suplier besar di toko-toko buku. 

Menyambut tren kekinian, Grasindo kembali meluncurkan inovasi terbarunya dengan menggandeng perusahaan asal  Hongkong, Snap Ask. Sebuah platform berbasis digital Lesson.id diharapkan menjadi andalan Grasindo untuk terus menjadi rujukan masyarakat yang menginginkan pendalaman pelajaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline