Oleh Diah Trisnamayanti
Biasanya saya tidak pernah menonton film atau drama India setelah "Kuch-kuch Ko tahee" atau "My Name is Khan" beberapa tahun silam ketika ibu saya masih hidup. Alasan sebenarnya adalah karena kurang menggigit isi ceritanya. Akan tetapi kali ini saya tergelitik menyampaikan pada masyarakat bahwa kecerdasan hakiki yang diberikan tuhan untuk seorang akan memberikakn cahaya yang mengubah wajah sebuah desa agar lebih maju. Oleh karena itu, saya mencoba mengikuti drama seri ini.
Gadis polos dari Pagdangdia salah satu desa di negara India berpikir bahwa orang berpendidikan dapat memperbaiki cara pandang komunitas di desanya sehingga lebih maju dan tidak tertinggal karena konsep-konsep kuno yang mengekang keadilan bagi pria atau wanita di dalam masyarakatnya. Perjuangan memang harus bersama-sama jika ingin mengubah ke arah lebih baik. Sangat berbeda bila berjuang sendiri, jelas sangat melelahkan ketika berhadapan dengan kelicikan, nepotisme, kekuasaan, nilai moral rendah sementara mereka merupakan bagian dari akademisi yang pasti memiliki intelektual tinggi.
Drama seri berjudul "IMLIE" menggambarkan kisah tragis perjuangan seorang perempuan tangguh, pantang menyerah; baik dalam hubungan percintaan sampai dengan kehidupan sosialnya. Untuk menjadi maju memang perlu kesabaran, kekuatan, dan strategi bijak mencapai solusi terbaik. Apakah cara pandang gadis "Imlie" berubah setelah berbagai kejadian yang menimpanya?
IMLIE gadis desa polos, pemberani, cerdas, kreatif, cerdik, penuh semangat, lucu, kuat, sabar, baik tapi keras kepala dan kadang ceroboh untuk diri sendiri digambarkan sebagai tokoh dalam serial ini. Dia punya harapan masyarakat di desanya lebih mengutamakan pendidikan bagi para gadis. Menurutnya, cara pandang adil bagi setiap insan tuhan perlu diperjuangkan dengan strategi tertentu bukan kekerasan atau sekadar ungkapan retorika semata. Sementara masyarakat desa tersebut bersikap pragmatis dalam memeprjuangkan keadilan tersebut. Mereka (rakyat Desa "Pagdangdia") mengutamakan pemberontakan dan kekerasan demi mendapatkan keadilan bagi masyarakatnya dari pemerintah pusat India (baca:New Delhi) agar menjadi lebih maju.
Adat-Istiadat yang mendeskriditkan perempuan sebagai beban bagi keluarga ketika dia akan menikah dengan seorang pria, dimana pihak perempuan harus memberikan mahar pada pihak laki-laki sesuai dengan keinginan pihak laki-laki. Hal ini menurut Imlie tidak adil karena dia menganggap adat tersebut sebagai cara pandang yang merendahkan perempuan apabila perempuan tidak sanggup membayarkan mahar tersebut maka dia tidak berhak menikah dengan orang yang dia cintai untuk memperbaiki masa depan dan kebahagiaannya. Imlie menganggap tuhan memberikan hak yang sama bagi makhluknya baik itu laki-laki atau perempuan. Boleh jadi, itulah alasan mengapa perempuan tidak dibiarkan memiliki pendidikan tinggi di wilayah itu. Perempuan tidak bisa berkarier sesuai keinginannya. Jika pandangan masyarakat seperti itu, Imli berpendapat bahwa Perempuan berkarier harus tetap mengetahui dimana dia menempatkan diri ketika perempuan itu sedang bersama keluarga di rumah maupun di tempat kerja.
Imlie yang berusia 19 tahun diketahui memiliki ayah kandung dengan kedudukan yang lumayan, harta berlimpah dan terhormat. Akan tetapi Imlie tidak berhak menyandang nama ayahnya karena istri pertama ayahnya tidak memperkenankan hal itu terjadi. Ibunda Imlie merupakan perempuan desa yang ditemukan ayah Imlie sebagai wanita berhati mulia, kuat dan tegar. Setelah menikah dengan ayah imlie, ibu Imlie pun harus membesarkan Imlie sendirian di desa Pagdangdia. Ibu Imlie mengajarkan Imlie sikap kebaikan yang mengungkapkan bahwa manusia tidak perlu marah dengan hal yang diberikan tuhan kepada mereka. Bila itu terjadi dalam hidup, tetaplah berjuang untuk kebaikan tanpa henti.
Ibunda Imlie pun akhirnya menikah kembali dengan seorang pejuang bawah tanah desa itu, Imlie kecil dihadapkan dengan banyak pemberontakan yang mau tidak mau dia ikut terlibat di dalamnya; ayah tirinya dan Imlie tidak ingin desanya hancur lebur. Bukan Imlie, jika dia tidak mempunyai cara jitu menyelesaikan. Dengan kecerdasannya, dia menyampaikan ketidakadilan dalam pemberontakan tersebut yang memang terkadang dimanfaatkan oleh oknum desa untuk kepentingan diri sang oknum desa ini. Ketika pemberontakan terjadi, sudah pasti ada banyak wartawan meliput. Salah satunya adalah seorang jurnalis dari Baskar Time New Delhi bernama Aditya Tripathi.
Sayangnya, justru pertemuan dia dan Aditya adalah awal segala permasalahan yang menimpa Imlie sehingga dia tidak hanya berjuang untuk keadilan keluarga, masyarakat dan dirinya tetapi juga berjuang untuk keutuhan keluarga akhirnya membentuk dia menjadi gadis kuat mental dan sabar menghadapi cibiran, perundungan dan tantangan lain. Mengapa seperti itu?