Dua tahun berjalan di kerangkeng, bolak-balik WFH dan WFO alias menggunakan online atau PJJ bahasa sekolah mah, bukan sesuatu yang menggembirakan bagi sebagian orang, terutama yang terbiasa dengan komunikasi langsung sesama manusia. Lain cerita kalau orang yang terbiasa di rumah kegiatan PJJ, WFH adalah hal yang dinanti. Saya ga akan bicarakan tentang WFH atau PJJ, ini mah terkait silaturahmi dengan keluarga. Akhurnya jadi ga ya Mudik?
Mau ketemu saudara di saat PJJ, gampang buat yang punya uang; internet di rumah terlengkapi, buat rakyat menengah ke bawah mah harus kerja keras, membeli kuota yang permenitnya disetting terbagi-bagi alhasil kesana engga bisa terpakai gara-gara bad connection aja, kesini juga engga memenuhi target. Amsyong ceunah.
Boleh pulkam (Mudik) hanya harus keluarkan dana lumayan besar buat PCR, ANTI GEN, SWAB. Buset deh.. adat istiadat umicron jadi ribet ya. Buat kesehatan apa sih yang engga. Tapi kalau kantong tipis mah niat pulkam urung terus.. dah. Cuma khayalan. Ya pasrah dah!!! Kayak yang ga ikhlas banget kesannya.
Zoom lagi, zoom lagi ketemu anak murid dengan keluarga deket apa lagi keluarga jauh, pakai zoom lagi, lagi... mayan boring euy. Namanya kapal "Rakyat" , kemana pemerintah mengarahkan ya di "iyakan" saja, biar selamat maksudnya.
Informasi pulkam ga pake PCR, SWAB, ANTI GEN baru dilansir dibeberapa media elektronik sebagai kabar yang menggembirakan. Sayang, seribu kali sayang; sebenernya berita gembira itu untuk siapa sih? Untuk seluruh Rakyat atau segelintir Rakyat?
Bayangin aja. Belum lagi puasa, semua bahan pangan digembosi naik. Gimana jelang puasa? Dimana Rakyat kecil yang dulunya mengadakan tradisi munggahan untuk makan bersama, sepertinya hanya beberapa saja yang mengadakan karena kantong cuannya masih gede. Semua karena harga bahan makanan dari sembako, bahan pendukung melambung tak terkejar. Masya Allah.
Nahkoda kapal tahu ga ya?, penumpangnya alias rakyatnya banyak yang akan mati kelaparan di lumbungyang besar? Setingkat RW saja ga mikirin rakyat besok mau makan apa? bukan urusan dia katanya. Tapi Dana desa ga cair, usak-usuk biar keluar?
Gampang, ntar dikasih subsidi dari pemerintah. Emang yang begitu mah nyenengin; dia ga tahu pembodohan dan pembiasaan rakyat jadi pemintaa-minta nomor wahid. Astagfirullah. Berat dah jadi pemimpin. Kesana kesini kepentok. Mau ngasih duit salah, ga ngasih pikarunyaeun rakyat teh. Maaf ya bapak/ibu pejabat yang mengurusi kebijakan. Bayangkan jika engkau jadi kami. Siapkah?
Jadi ga pulkam? Lihat situasi kantong. Cuannya harus 2 kali lipat bahkan 3 sd 4 kali lipat yang disediakan. Keluarga dikampung pikirannya, orang kota adalah mesin duit. Mau kota yang mana, mereka tak perduli. Itu sudah tertanam karena youtube dan program tv menceritakan begitu.
Khayalan rakyat pekerja mah, kalau gaji naik, harga bahan pangan benar-benar turun, sepertinya akan bisa pulkam.
Khayalan rakyat pedagang mah, kalau dagangan banyak kejual; harga dari agen bisa miring, ada tabungan, sepertinya bisa pulkam.