Oleh Diah Trisnamayanti
Baru selesai membaca silabus semester genap tahun 2022, tersadar ada notifikasi WA. Isinya terkait kurikulum baru yang ditulis Omjay. Saya diingatkan kembali dengan informasi yang diberikan dengan hal yang sama seminggu sebelumnya.
Saya terkejut sejenak. Pasalnya, rencana pembelajaran semester genap sudah dibuat. Pertanyaan di kepala saya, harus dirubahkah? Meskipun kurikulum ini bersifat opsional, tetap saja sebagai guru harus mempersiapkan diri agar tidak tertinggal. Sistem kebut semalampun saya lakukan dengan membaca dan menyimak materi terkait kurikulum prototipe ini.
Mengisi learning loss dalam masa pandemi tahun lalu bukan sesuatu yang mudah. Kurikulum prototipe ini memang hanya berisi penyempurnaan saja. Sekolah bebas memilih antara menggunakan atau tidak hingga di tahun 2024. Selanjutnya akan ada evaluasi bagi yang telah menggunakan Kurikulum berbasis proyek ini. Kalau disimak inti kurikulum prototipe sepertinya beberapa sekolah swasta dan negeri sudah menerapkan, hanya tinggal perbaikan pada pengaturan pelaksanaannya.
Pertanyaan berikutnya di benak saya adalah seberapa kuat dan kreatifkah guru dalam mengadopsi pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini? Apakah sekolah siap menghadapi kebutuhan pembelajaran berbasis proyek ini? Seberapa jauh peran Orang tua dalam memahami pembelajaran berbasis proyek dengan merdeka belajar bagi siswa?
Metode pembelajaran prototipe perlu direncanakan dengan baik oleh guru selama satu tahun pembelajaran. Bentuknya tematik yang efektif. Kerjasama antara guru bidang studi untuk sekolah menengah atau guru kelas di sekolah dasar mengacu pada tematik yang ditetapkan poin-poinnya oleh stakeholder.
Eits, jangan salah. Tematik ini sebelumnya hanya digunakan oleh siswa SD saja. Sementara SMP dan SMA/SMK menggunakan kurikulum 13 bisa bebas berekspresi tentang metode pendekatan pembelajaran. Sehingga pilihan siswa SMP, SMA/SMK dapat dirancang menggunakan konsep tematik.
Sementara rancangan pembelajaran siswa SD kebalikannya boleh bebas dibuat guru menggunakan konsep berbasis proyek seperti siswa sekolah menengah. Bagi siswa SMK, pembelajaran berbasis industri sudah harus diterapkan lebih seksama dalam kurikulum prototipe ini.
Kelulusan seorang siswa dinilai melalui ujian sekolah berbasis literasi baik itu digital maupun konvensional; penilaian siswa berkarakter pancasila, penulisan esai akhir sekolah berdasarkan proyek yang dikerjakan.