Sejak SMP, Tuhan telah mengenalkan dan mengajariku betapa luasnya cakrawala dunia yang patut dijelajahi melalui perantaraNya yaitu sekumpulan cendekiawan yang berbudi luhur yang biasa kusebut "Guru dan Dosen". Guru IPSku yang biasa dipanggil pak Alian, saat itu sedang mengenalkan enam benua di dunia dengan penyampaiannya yang jelas dan selalu ada motivasi di akhir pembelajaran yang menumbuhkan semangatku dan teman-teman dalam bermimpi, moment itulah yang menjadi awal pemicu keberanian dalam diriku untuk bermimpi. Mimpi yang ku tanamkan dalam hati bahwa suatuhari nanti, aku bisa menjelajahi negeri kangguru yang terkenal dengan "Opera House"nya. Aku mengagumi benua itu, walaupun dinobatkan sebagai benua terkecil di dunia tapi benua yang menjadi satu-satunya negara itu dijuluki sebagai salah satu negara maju di dunia. Aku juga teringat sebuah quotes dari salah satu dosen terbaikku di kampus pernah mengatakan bahwa "Mimpimu tidak akan pergi meninggalkanmu dan mimpimu tidak akan diambil oleh orang lain. Mimpimu adalah hakmu". Aku percaya bahwa mimpi adalah harapan dan mimpi menjadi sebuah alasan bagi setiap manusia untuk menjalani dan melanjutkan hidup, manusia itu termasuk aku.
Saat malam mulai menyapa cakrawala, sang surya bersembunyi di balik peraduannya dengan semburat jingga kemerahan yang indah kini perlahan memudar dan tiupan angin malam mulai berhembus menemani atmosfer bumi. Di sudut kamar berukuran 3x3 meter itu, tangan ini menengadah memohon kepada Zat Yang Maha Agung untuk diberikan petunjuk dan jalan kemudahan dalam menghadapi dunia yang penuh drama ini dengan memberi ruang pada hati untuk belajar memahami hakikat "Ikhlas". Sambil berbisik lirih dalam kesunyian malam, air mata ini ikut berjatuhan membasahi tebing pipiku yang tak mampu menampung derita hati terpendam mengenang malangnya nasib sosok wanita yang hampir tiada di tanah rantau. Usai berdoa, aku lanjutkan dengan bertafakur menyebut dan mengingatNya penuh khusyuk. Di tengah mata ini terpejam dengan hati, pikiran dan seluruh tubuh sedang merasakan ketenangan yang syahdu. Sang Semesta menyelipkan sebuah petunjuk melintasi alam bawah sadarku, aku melihat diriku berada di tengah sekumpulan pemuda-pemudi dari penjuru nusantara yang berbondong-bondong melangkah menuju deretan mobil pick up dan angkutan umum berwarna kuning yang berjejer di lintasan aspal menunggu kedatangan kami, para relawan muda. Mobil-mobil itu akan mengantarkan kami menuju Pelabuhan Penyebrangan Klademak Kota Sorong, Papua Barat. Pelabuhan ini nantinya yang akan membawa rombongan para relawan muda melintasi laut biru nan jernih dengan ombak yang menari-nari di permukaan sembari menikmati suguhan samudera biru yang menenangkan dan hutan bakau yang asri menyejukkan hati menuju Pelabuhan Waisai. Setelah menempuh perjalanan laut selama dua jam menggunakan kapal Ferry, terlihat penampakan Dermaga Pelabuhan Waisai dan puluhan perahu kecil mengapung di atas permukaan air asin yang telah siap mengantarkan kami menuju Kampung Friwen. Selang tiga menit kemudian, aku tersadar dari perjalanan rohani yang menenangkan.
Hatiku berbisik lirih, "Apa yang aku lihat tadi?"
Tidak lama kemudian, tangan ini menggapai gadget yang tergeletak di atas meja belajarku dan dengan sigap jemariku mulai menelusuri beberapa pesan masuk di WhatsApp. Setelah melihat pesan masuk, mata ini menemukan sesuatu yang menarik sekaligus mengejutkan hati.
Aku menerima pesan dari salah satu yayasan yang memberikan kesempatan diri ini untuk mengabdi pada negeri bersama para pemuda-pemudi di penjuru nusantara, yayasan dari Arah Pemuda Indonesia dalam event Ekspedisi Sapa Papua #5.
"/SELAMAT! LOLOS PARTIAL FUNDED ATAU POTONGAN HARGA EKSPEDISI SAPA
PAPUA #5 /
Hallo Kak, Zahra Khairunnisa
Kami dari Yayasan Arah Pemuda Indonesia mengucapkan terimakasih bahwa kakak telah mendaftar fully funded Ekspedisi Sapa Papua #5
Namun mohon maaf kakak belum lolos jalur fully funded, sehingga kami memberikan tawaran jalur partial funded potongan harga.