Lihat ke Halaman Asli

Diah Nur Robbaniah

menanam.makna

Karena Nyinyir Itu Menyehatkan

Diperbarui: 12 Juli 2021   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: ssssttt (dokpri)

Pagi ini mencoba untuk memaknai sesuatu yang belum basi. Sesuatu yang sering saya temui,  hilir mudik yang menyentuh nurani. Ya...yang tersentuh adalah nurani, nurani saya sebagai guru bahasa Indonesia. Bukan sebagai orang pandai, bukan pula sebagai manusia yang arif bijaksana, apalagi sebagai pengamat bola, begitu mahir bermain kata-kata ketika menggambarkan situasi.

Akhir-akhir ini, ketika membuka status warganet,  orang-orang dengan ringgannya menulis kata-kata "nyinyir" yang kadang atau bahkan sering tidak pantas untuk dibaca.

Itulah hebatnya dunia maya. Berkata dalam diam. Diam yang tak lagi menghanyutkan, tetapi diam yang mampu menghancurkan! meluluhlantakkan! persaudaraan, pertemanan, bahkan iman seseorang.

Bagaimana tidak menghacurkan persaudaraan jika masalah keluarga menjadi bahan publik, bagaimana tidak menghacurkan pertemanan jika menganggap semua pendapatnya paling benar, dan bagaimana tidak menghancurkan iman seseorang, jika para panutan tidak lagi berpegang pada Alquran?

Ah...biarlah..
Itulah sebuah fenomena
Asal kita bukan seperti sampah, yang terbuang di mana-mana.
Asal kita bukan bola yang sekali ditendang menggelinding tak terarah.
Kita masih punya sudut ruang yang mampu terisi dengan nurani yang tak bertolak belakang dengan empati, peduli, hati.

Kembali pada  dunia yang penuh "kenyiyiran"

Menurut KBBI,"nyinyir" memiliki makna bersifat nyenyeh, cerewet, atau mengulangi permintaan. Seperti seorang nenek -karena kepikunannya- mengulang kembali bahkan sampai berkali-kali apa yang menjadi permintaannya.

Adakala seorang ibu harus "nyinyir" kepada anaknya, yang tidak segera melaksanakan permintaannya, "Ayo belajar, jangan ngegame saja!" teriak sang ibu, berkali-kali, bahkan mungkin setiap hari (kalau ini pengalaman penulis ya)

Jadi, ketika nenek kita nyinyir, itulah saat dan sekaligus bukti bahwa beliau dalam keadaan sehat.

Jika hari ini kita masih mendengar nyinyiran ibu, itulah bukti sekaligus tanda bahwa wanita yang kita cintai itu dalam keadaan sehat dan sangat peduli dengan kita. Karena orang yang sakit tak akan pernah cerewet atau nyinyir kan?

Lalu
Bagaimana kita menyebut sebuah postingan atau kalimat yang bernada mengejek, menghina, atau selalu merasa pendapatnya paling benar -nyinyir- versi warganet saat ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline