Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Puisi: Semusim yang Lalu

Diperbarui: 5 September 2021   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi


malam merayapi tepian mimpi yang dingin, menepi.
mukanya murung, mengurung lautan biru tanpa riak ombak menggelak

sementara aku lupa menghitung bintang yang berserakan di angkasa kemarin malam, ombak tetap saja diam tanpa memberi tanda atau santun apa pun, meski angin meniupinya setiap waktu

mungkin angin lupa ke mana ia harus bertiup, mungkin wabah mengubah wajah arah hingga angin tiada ingin menuai angan dari bijaknya arah

lalu ingatanku membisu, yang tinggal hanya satu, sementara mulutku kelu, lidahku gagu, saat langit berwarna abu, kala itu... 

disetubuhi rintihan hujan, sebuah musim datang mengejarmu,  yang tanpa malu  membawakanku dengan tersipu, segenggam sinar kemarau hangat, meski kadang lewat, menyengat, saat aku hanya mampu mengingat, wajahmu yang melekat, lalu melangit lagi dalam sesaat. 

*Solo... saat langit mengajak bersawala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline