Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Butir Pengakuan [Kefas]

Diperbarui: 2 April 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via dailytrust.com

di hadapan seraut muka
aku menghindar,
di hadapan tubuh sarat bilur
aku mencari pembenaran

menatap mataNya, nyaliku mengisut
telah tiga kali ayam bersorai
tiga kali pula aku menodai
tiga sangkalan membuatku jatuh terjungkal

dengan pongah pernah aku berdusta,
"Aku akan ikut kemanapun Kau pergi,"
namun ciut hati aku besumpah pada mereka,
"Aku tidak mengenalNya!"

di bawah kelam janari,
dingin membesut kulit

isak tangis mengguruiku,
sesak dada mengguncangku,
sebait konfesi mengalir dari bibir bodohku,
"Guruku, Guruku, mengapa aku meninggalkanMu?"

di atas salib kasar,
menetes bulir-bulir darah kalam,
muka yang jauh dari rupawan
kembali menatah ingatanku

dalam bait luhur luruhMu Kau berkata,
"Kefas, di atas batu karang ini, Kudirikan jemaatKu"

***

Meskipun pada akhirnya Rasul Petrus, yang juga disebut Kefas meninggal sebagai martir dengan cara disalib terbalik, namun pertobatan dari kesalahan yang dilakukannya, memberi makna tersendiri, bahwa pengampunan mampu membebaskan kita untuk bangkit lagi dari keterpurukan.

#KitaBangkit #GoodFriday




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline