Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Berdamai dengan Label? Bisa Aja

Diperbarui: 5 Desember 2020   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : penampakan badut sebagai simbol dari identitas yang lekat pada seseorang | via pixabay.com @ Alexa_fotos

Hai, kawan...apa kabarmu hari ini? Masih berjuangkah dengan peliknya kehidupan? Well, terima kasih bagi kalian yang masih terus berusaha dan berjuang...kau hebat, Sahabat.

Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan teknologi komunikasi, semakin melenggangkan kita dalam membuat definisi pada objek di sekitar kita, kemudian mengunggahnya ke dunia maya baik dalam bentuk gambar visual, maupun audiovisual. 

Begitu gampangnya kita memberikan tanggapan atas peristiwa atau pun perilaku orang yang menyukakan hati atau pun yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

Lihat saja di republik Twitter. Bermacam celometan ala netizen maha tahu nangkring, berjejalan di kolom-kolom komentar. Mulai dengan yang tulus mendoakan proses kesembuhan publik figur yang terpapar Covid-19, hingga mereka yang mendoakan para publik figur tersebut agar "semakin dekat dengan Yang Maha Kuasa". 

Hmmm, ada-ada saja para rakyat di republik berlogo burung biru itu. 

Kecenderungan orang untuk memilih nyinyir pun tak jarang kita jumpai di dunia nyata, bukan? Mendengar orang lain menyanyikan lagu dengan suara pas-pasan, langsung berkomentar,"suara kek kerekan bendera gitu kok nyanyi."

Atau ada artis yang baru 3 bulan menikah tetiba bercerai, lalu kita mulai mencibirnya sambil berujar," ah, artis sensasional doang tuh."

Atau ada anak yang kesulitan mengerjakan tugas sekolah yang sederhana, maka secara spontan kita nyeletuk,"mbok yha yang cerdas dikit, masak gitu ajha ga bisa."

Atau ada juga yang dengan mudahnya menempelkan label toxic relationship pada relasinya, terlebih melabeli orang lain sebagai toxic people hanya gegara merasa tidak nyaman dalam berelasi. 

Menilik ulang istilah labelling, American Psychological Association (APA) menyebutnya sebagai sebuah diskripsi seseorang terhadap individu lain melalui tingkah laku maupun karakter individu tersebut, sebagai bentuk dari tujuan pencapaian kepuasan dirinya. 

Biasanya definisi ini timbul dari tingkah laku atau perkataan individu yang dianggap menyimpang dari norma yang ada atau anggapan bahwa perilaku tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi seseorang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline